JAKOB KELLENBERGER
(Presiden Komite Palang Merah Internasional)
Devaluasi hukum humaniter internasional
Mengingat
pengamatan dan perkembangan yang diantisipasi ini, tidak mungkin bahwa kepentingan
pihak non-negara yang terlibat konflik akan berkurang di masa mendatang. Karena
globalisasi dan deregulasi
yang menyertainya telah memperluas tingkatan dan kapasitas aksi protagonist non-negara,
juga mungkin bahwa fenomena yang diamati sehubungan dengan apa yang disebut
konflik "baru" akan segera berakhir. Saya minta untuk memperhatikan
devaluasi luas dari aturan perang hukum internasional dan mutlak kurangnya
pengendalian terhadap banyak pihak yang terlibat konflik, terutama berkaitan
dengan penduduk sipil, yang lebih banyak dan lebih sering menjadi target nyata.
Dalam berbagai tempat salah satu pilar hukum humaniter internasional, yaitu
perbedaan antara gerilyawan dan warga sipil, telah lenyap. Pengabaian yang
total terhadap hukum ini oleh beberapa kelompok bersenjata non-pemerintah dan
upaya untuk memenuhi syarat beberapa aturan dalam konteks memerangi terorisme merupakan tantangan baru bagi ICRC. Ia dihadapkan dengan
macam-macm pihak yang berperang dan bentuk-bentuk
baru dari perang.
Ini
adalah gambaran situasi bahwa ICRC saat ini menjalankan sebagian besar
tugasnya. Di banyak tempat ia tidak bisa lagi mengandalkan keinginan tingkat
tingginya untuk mematuhi aturan-aturan hukum humaniter internasional, atau
beranggapan bahwa organisasi dan prinsip kerjanya akan dikenal dan dihormati.
Di banyak daerah konflik, kita akan keliru bila menganggap bahwa kita bisa
mengandalkan rasa dipercaya sebelum kebebasan, imparsialitas, dan netralitas
kita. Sering sekali, kepercayaan dalam prinsip-prinsip ICRC ini pertama akan
dimenangkan melalui perilaku yang konsisten dan dengan demikian dapat
diprediksi, serta melalui penjelasan tanpa lelah atas apa yang kita lakukan.
Pengamatan ini juga relevan di sini.
Dasar hukum ICRC yang berbeda
Kenyataan
bahwa konflik internal sekarang adalah aturan belum memiliki konsekuensi lain. Dasar
hukum kegiatan ICRC dalam hukum humaniter internasional membawa beban yang jauh
lebih besar dalam konflik antara negara-negara dibandingkan pada konflik
internal, di mana kekhawatiran terhadap kedaulatan sangat kuat. Negara yang
telah meratifikasi instrumen hukum yang relevan diwajibkan dalam konflik
internasional untuk memungkinkan kunjungan ICRC kepada orang yang ditahan sehubungan
dengan konflik, seperti tawanan perang atau tawanan sipil di Iraq.8 Kewajiban
hukum yang sama tidak berlaku dalam konflik bersenjata internal, seperti di
Sudan. Dalam kasus tersebut, perlu untuk menegosiasikan kesepakatan yang
biasanya bersifat sementara dan dapat dihentikan. Negara-negara akan menyetujui
perjanjian ini dan perjanjian lainnya hanya jika mereka yakin bahwa ICRC tidak
akan mempublikasikan informasi yang ia peroleh dalam perjalanan kegiatan
kemanusiaannya atau permintaannya yang berikutnya tetapi hanya akan membahas
masalah kepercayaan dengan pihak yang berwenang. Dengan demikian, memungkinkan
sebuah organisasi mengunjungi tahanan secara teratur dan berbicara dengan
mereka secara pribadi bukanlah pembatasan kedaulatan suatu negara.
Menangani Pengetahuan
Mengingat
lingkungan di mana ia bekerja dan bagaimana cara ia beroperasi, maka bisa dikatakan
ICRC tahu banyak hal. Ia memperoleh pengetahuan ini terutama melalui kegiatan
kemanusiaan dan menggunakannya secara eksklusif untuk kegiatan itu. Karena
pengetahuan ini seringkali sensitif, halus secara politik dan bisa digunakan
untuk berbagai tujuan, ada risiko serius dari kata-kata yang tidak bijaksana
yang akan membawa masalah pada organisasi dalam polemik politik. Posisi
internasional yang dinikmati ICRC dan penggunaannya yang hati-hati membuat
seruan dan pernyataan publik memberinya pengaruh besar. Fakta bahwa ia menahan
diri dari aksi membuat pernyataan dan seruan publik, bahkan di mana ada contoh
pernyataan yang telah dibuat dalam keadaan sebanding tetapi di tempat yang
berbeda, tidak luput dari perhatian.
Untuk
alasan ini, apakah akan berbicara secara terbuka atau tetap memilih diam dalam pekerjaan
kemanusiaannya merupakan masalah besar bagi ICRC. Pentingnya berbicara atau,
lebih penting lagi, mengeluarkan pernyataan publik, kadang-kadang dikatakan
berlebihan, kadang-kadang diremehkan. Jaman di mana kita hidup banyak bicara
seperti itu, cepat memberikan penilaian dan selalu siap untuk mengekspresikan
pendapat—cenderung melebih-lebihkan dampak dari berbicara.
Ketegangan antara tindakan dan kesaksian
Posisi
ICRC yang berkenaan dengan pernyataan dan seruan publik sering kali menjadi kontroversial
dan kadang-kadang menimbulkan perdebatan sengit. Contoh paling terkenal terjadi
pada musim gugur tahun 1942 ketika ICRC menahan diri membuat seruan publik
untuk melindungi penduduk sipil. ICRC mendapat kecaman keras untuk ini,
terutama oleh organisasi-organisasi Yahudi. Orang-orang yang mengecam tersebut
sedikit membuatnya khawatir saat itu bahwa seruannya dapat menyebabkan hilangnya
akses ke dua juta tawanan perang Sekutu yang pada akhirnya mendapat bantuan
ICRC. Para pengecam itu juga tidak memberi banyak keraguan, yang berperan dalam
keputusannya, bahwa seruan tersebut akan memperbaiki dengan cara apapun keadaan
penduduk sipil dan terutama penghuni kampkamp konsentrasi. Pada tahun 1988,
mengomentari buku Jean Claude Favez ', ICRC menegaskan keraguan bahwa seruan
tersebut efektif.
Beberapa
pengomentar, menyadari ketegangan antara tekad untuk bertindak dengan cara kemanusiaan
dan keinginan untuk bersaksi di depan umum, melihat sikap diam ICRC pada waktu
itu sebagai titik balik dalam sejarah organisasi: “Pour
préserver cette activité d’assistance, la Croix-Rouge prend
la désastreuse décision de ne pas témoigner de ce qu’elle sait sur les camps d’extermination”.
Namun
dalam menghadapi dilema perhatian yang jauh lebih sedikit ditampilkan dalam
menilai pertanyaan tentang apa selain mengambil sikap moral yang diakui penting
yang dapat diharapkan dari seruan publik dalam keadaan tertentu dan dalam
mempertimbangkan apa efek yang akan terjadi terhadap kegiatan kemanusiaan yang
ada.
Isu
penting untuk disadari sekarang maupun di masa depan, terutama untuk sebuah
organisasi kemanusiaan dalam posisi ICRC, adalah bahwa keputusan mengenai
apakah akan berbicara atau tetap diam dapat memiliki konsekuensi yang jauh di
luar jangkauan, tidak hanya dalam hal apakah ICRC dapat meneruskan kegiatan
kemanusiaan, tetapi juga citranya dan dampak dari citra tersebut. Untuk
kelompok tertentu, keputusan-keputusan itu jauh lebih mempengaruhi dari sebuah
organisasi kemanusiaan.
Menahan diri dalam membuat pernyataan publik
Ketika
berkenaan dengan pernyataan publik, ICRC terus dianggap terkesan hati-hati atau
setidaknya agak diam, karena memang ia dibandingkan dengan organisasi lain.
Namun, perbandingan dapat menyesatkan, mengingat tugas dan kegiatan yang
berbeda dari organisasi yang berbeda. Persepsi ICRC ini mungkin mengejutkan
mengingat, misalnya, banyak pernyataan dan seruan publik yang dibuat oleh
organisasi tersebut selama perang Balkan. Masyarakat dibuat tidak ragu tentang
apa yang sedang terjadi, seperti yang akan ditunjukkan dua contoh berikut.
Dalam
sebuah seruan publik kepada pihak yang bertikai di Bosnia-Herzegovina pada
bulan Agustus 1992, ICRC mengecam perlakuan tidak manusiawi dan penahanan warga
sipil tak berdosa dan meminta para pihak untuk mengambil serangkaian
langkah-langkah, dan khususnya untuk mematuhi ketentuan Konvensi Jenewa Ketiga
dan Keempat.13 Gambaran keputus asa-an penduduk sipil juga merupakan titik
fokus dari seruan kepada pihak yang berperang pada bulan Juni 1995 untuk
mencapai konsensus kemanusiaan dengan mengambil langkah-langkah individual yang
konkret, seperti membantu membangun kembali pasokan air di Sarajevo dan daerah
sekitarnya.
Contoh kedua
adalah pernyataan publik ICRC terhadap krisis Kosovo pada bulan September 1998,14
di mana ia menarik perhatian dengan situasi kritis penduduk sipil dan
menekankan bahwa tanggung jawab untuk menjamin keselamatan dan penghormatan
terhadap penduduk sipil ada di tangan pemerintah Serbia. Hal ini mendesak
perwakilan Albania dan UCK untuk melakukan upaya terbaik mereka untuk
menghentikan pembunuhan.
Mengapa
menyebutkan contoh-contoh tertentu ini? Karena contoh-contoh itu menunjukkan bahwa
ICRC tidak menahan diri agar tidak memberi komentar publik, tetapi menghindari
kecaman yang berat sebelah atau setidaknya yang terlalu eksplisit terhadap
masing-masing pihak yang terlibat konflik.
Meskipun
pendekatan ini kadang-kadang dikritik, jelas mencerminkan perhatian utama ICRC
bahwa kemungkinan untuk memberikan bantuan kemanusiaan tidak boleh terancam
oleh deklarasi publik. Meskipun saya tidak mengatakan bahwa mereka berkewajiban
memiliki efek tersebut, kemungkinannya saja sudah cukup membuat tindakan
dilakukan dengan hati-hati.
Secara
umum, penting bahwa ICRC harus memainkan perannya dalam menyediakan informasi publik
mengenai penderitaan penduduk di zona perang dan kompleksitas konflik saat ini.
Ada banyak ruang untuk memberikan informasi tanpa melanggar kerahasiaan yang
sangat dibutuhkan dalam kegiatan ICRC dan tanpa terburu-buru untuk memberikan
penilaian.
Harus paham perbedaan antara militan dengan warga sipil yang jadi korban,,, Pasalnya memang banyak sekali orang yang menjadi korban padahal mereka belum tentu seorang gerilyawan.