Archive for Juni 2013

Satu Negara Satu Lambang Satu Gerakan Bergema Kembali di Bumi Selorejo

Marzuki Ali Saat Menandatangani Dukungan Gerakan 1 Lambang 1 Negara

Aksi para peserta Temu Karya Nasional V 2013 di bumi Selorejo Ngantang Kab. Malang beserta para relawan yang ikut dalam ajang Bidang Temu Sarasehan Undang-Undang Kepalangmerahan  (27/06) di ruang pertemuan utama berlangsung  heboh, Pasalnya Ketua DPR RI H. DR Marzuki Ali sebagai narasumber seakan menjadi sasaran kekesalan para relawan yang  menuntut Undang-Undang Kepalangmerahan segera disahkan tahun ini juga.

Dalam sesi tanya jawab yang pertama teman-teman dari kampoeng relawan social media bersikeras untuk meminta bapak Marzuki Ali memakai kaos kebanggaan satu Negara  satu  lambang  yang sengaja mereka persiapkan sejak awal.

“Lambang Palang Merah merupakan lambang perlindungan terhadap relawan dilapangan, Hal yang perlu digambarkan secara jelas adalah makna lambang palang merah agar tidak ada penyalahgunaan, Mengenai pendanaan itu berdasarkan bagaimana kerjasama dengan stakeholder yang ada” ujar Marzuki Ali.

Marzuki Ali sharing dengan para relawan dan siap mendengarkan keluh kesah relawan kapanpun dengan beliau melalui nomer hp pribadi yang diberikan kepada seluruh relawan  dan seluruh informasi langsung beliau yang menerima.

“Bangsa yang besar adalah yang menghargai sejarahnya,” Ujar relawan Nusa Tenggara Timur.

Relawan PMI adalah tulang punggung Negara, Kita dilahirkan tanpa perbedaan, kita sama dalam berpendapat, Relawan meminta pemerintah perhatian terhadap PMI bukan hanya masa darurat tapi juga masa normal.

Marzuki Ali menyesalkan bahwa banyak protes tapi tak paham detail tentang apa yang diprotes, beliau berkomitmen akan Undang-undang Palangmerah segera disahkan , jadilah bangsa yang bermanfaat untuk orang lain.

Pesan dari Ketua DPR RI “Teruslah bekerja, berjuang untuk kemanusiaan dengan kesabaran dan keikhlasan, yakinlah tidak ada satupun perbuatan baik yang tidak ada imbalannya, sebaik-baiknya umat adalah umat yang bermanfaat  bagi umat lainnya .”

Dalam sesi yang terakhir Marzuki Ali menandatangani banner satu Negara satu lambang satu gerakan yang disediakan rekan kampoeng relawan social media sebagai perwakilan dari seluruh relawan Indonesia, beliau tanda tangan diatas pernyataan “SAYA MENDUKUNG LAMBANG PALANG MERAH INDONESIA , TKRN V PMI SELOREJO , NGANTANG  MALANG 27 JUNI 2013.” Dan diakhiri sorak soray gembira para relawan palang merah Indonesia. (Nova Wijaya)




Posted in | Leave a comment

Perjalanan Team Kampoeng Relawan Menuju Selorejo Ngantang Malang.

Basecamp Kampoeng Relawan yang Kami Tuju

Memulai pemberangkatan dari rumah pak Itong dengan berbagai perlengkapan kedai dan alat masak, saya, Eko Setyo P, Lala dan Pak Itong sendiri ditambah dua orang kru truk meluncur tepat jam 21 lebih lima belas menit pas malam sabtu. Perjalanan melewati daerah pesisir selatan pulau Jawa mulai dari arah Kutowinangun belok ke Selatan hingga meluncur sampai di Kabupaten Bantul. Kenikmatan tersendiri menaiki truk yakni saat jalan berlubang ditrabas begitu saja, hingga menyebabkan perut serasa digoyang habis lantaran mumbul-mumbul tak karuan.

Untung saja ada CPU di belakang saya yang bisa digunakan untuk penahan alias tempat bersandar, lumayan jadinya nggak terlalu sakit deh rasanya ini badan. Berhenti sejenak di POM Bensin Srandakan guna mengisi BBM (alhamdulillah waktu itu belum naik karena jam 12 kurang 5 menit), dan kumanfaatkan pipis dulu. Sempat kaget lantaran supir truk yang membawa kendaraan ini menabrak tiang informasi di sisi belakang SPBU untungnya nggak sampai roboh.

Lanjut deh setelah usai penuh itu tangki BBM truk, pak Itong langsung memanggil saya yang posisi baru keluar dari kamar mandi. Bergerak cepat layaknya diburu para gadis-gadis, kaos kaki dan sepatu boot pun langsung terpasang di kaki yang berukuran sepatu 42 ini. Berlari kecil sambil meloncat ke belakang truk, saya ini pun langsung jagongan lagi sambil melirik ke atas langit sembari menikmati indahnya cahaya malam. Perlahan tapi pasti kami sampai di markas PMI Bantul dan sudah dihadang oleh Mbah Bambang Puspo beserta Pak Seto Handoko dan kawan-kawan.

Turun dari truk dan bersalam-salaman dengan kawan-kawan yang menyambut, kami pun tanpa dikomando langsung menaikkan berbagai kebutuhan barang yang akan digunakan untuk kedai Kampung Relawan termasuk dua buah sepeda yang siap disewakan bagi para kontingen TKN 2013. Sopir truk yang merasa lelah eh lapar ya, langsung dipersilahkan makan di warung yang ada depan Markas PMI Bantul. Usai ngobrol-ngobrol dan ngopi dengan istilah join (satu cangkir gelas untuk bersama-sama), kami pun mulai meluncur kembali ke arah Selorejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang tepat jam 01.00 wib (22 Juni 2013).

Saat truk melaju dengan posisi personel di depan dua orang awak truk bersama pak Itong, dan kami bertiga di bak truk yakni Firman, Eko Setyo P dan saya sendiri. Sementara mas Eko Legok yang nampak sudah bersemangat tak kira berangkat bareng, ternyata hanya mengantar dan menyambut kami saja. Entah beliau mau mangkat kapan ke Selorejone. Terkait kendaraan Avanza pak Seto Handoko, diawaki oleh Bambang Widodo, Rere Edane, dan Lala Shunshine.

Melewati jalanan yang halus sepanjang markas PMI Bantul hingga daerah Sragen, terpal yang sudah kendur talinya terlambai-lambai hingga robek sepanjang satu setengah meter di atasnya. Membuat kami bisa leluasa mrobol untuk melihat keadaan sekitar, dan tampaknya truk ini tak beriringan dengan Avanza milik Pak Seto Handoko. Kontan saja merasa kaget saat melewati Kabupaten Sragen, truk yang kami tumpangi melewati pos penjagaan polisi yang berada di tengah kota (dua ratus meter dari pasar bunder). Polisi yang masih bersiaga tersebut pun menghentikan laju truk dengan penuh semangatnya (berharap dapat rejeki, hahaha).

Usai rembug pikir selama kurang lebih sepuluh menit ya hampir lima belas menitan sih, urusan pun beres dan entah mereka minta fulus berapa aku nggak tahu karena saat mendekati pos penjagaan komunikasi sudah usai. Dengan PD nya berjaket hitam dan memakai sepatu boot, aku pun turut menyalami polisi yang berjaga saat itu. Polisi yang masih muda sih berwajah jawa (sambil baca koran) duduk di teras pos, sementara yang memakai rompi dan ngobrol ngalor ngidul dengan pak Itong nampak wajah batak (kayane sih hahaha...).

Perkara selesai hingga akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke arah Selorejo tentunya melewati arah Ngawi - Madiun dan Nganjuk sembari berharap semoga itu polisi tidak berubah pikiran hahaha.  Kami menempati posisi masing-masing dan tentu saja saya bertiga duduk di bak truk sembari melanjutkan tidur yang tertunda. Pulasnya istirahat di pagi hari ini hingga tak sadar sudah sampai di daerah Nganjuk, dan truk berhenti di sebuah rumah makan yang tak jauh dari rel kereta.

Saat turun dari truk rupanya Lala yang ikut mobil avanza pak Seto sudah terlebih dahulu mendarat di rumah makan tersebut, dan ternyata sudah menyantap segelas kopi beserta menu sarapan pagi. Kami berenam yang notabene baru turun dari truk, langsung cuci muka untuk menyegarkan diri plus memesan kopi dan sarapan guna menambah energi. Berbagai menu khas seperti soto ayam, sego pecel madiun dan nasi goreng yang menjadi menu favorit, langsung kami santap hingga habis begitu menu tersebut hadir di meja hidangan.

Sembari ngobrol ngalor ngidul ini tak sadar habis sudah kopinya, dan menunjuk ke arah jam dinding yang ada di tangan eh sudah siang rupanya. Langsung saja kami cabut menuju kendaraan masing-masing, pak Itong beserta kru truk dan Eko Setyo P langsung menuju truk yang membawa muatan kedai Kawan. Sementara aku dan Firman ikut ke avanza milik pak Seto, jadinya kita berenam deh yang ada di Avanza ini. Eko yang melihat kami dalam avanza dengan santainya bilang "oh ya wislah aku tek neng truk ae", kira-kira begitulah.

Berpencar tentunya dari sini karena avanza dan truk nyatanya memang tidak bisa berjalan berdampingan, toh kami berbeda keturunan (avanza keturunan ramping dan truk bermuatan besar). Mengandalkan GPS milik firman yang dalam perjalanan sering mengalami buffering, eh karena faktor sinual ternyata yang menyebabkan tak berfungsi dengan baik. Akhirnya kita mengandalkan opsi lain yakni lihat papan petunjuk arah dan takon ke orang di pinggir jalan.

Perlahan dengan kecepatan rata-rata 60km/jam, roda empat kami melewati Polres Nganjuk dan Alun-alun Nganjuk yang terkenal itu. Sebuah lokasi yang juga dipopulerkan oleh sebuah lagu, pak Seto yang juga nyambar dengan sebutan Solo yang juga terkenal stasiunnya Solo Balapan. Saat di Alun-alun Nganjuk ini saya sebenarnya ingin menginjakkan kaki untuk berfoto sejenak, dan karena perjalanan terus melaju saya pun tak sempat berfose.

Berpacu melewati arah Kediri tentunya dengan kota yang terkenal yakni Pare, sempat terjadi permusyawaratan antara melewati Kertosono atau lewat Kota Kediri. Dengan suara terbanyak dan sopir yang manut penumpang, akhirnya kami lewat Kota Kediri hingga sempat nyasar juga sih karena kendaraan yang harusnya berpacu arah Kota Kediri eh nyasar ke arah Brantas - Surabaya. Berputar arah deh kami harus balik lagi setelah bertanya dari 

Leave a comment

MENGENAL LEBIH DEKAT KAMPOENG RELAWAN (1)

Banner basecamp Kampoeng Relawan

Oleh: Toto Karyanto
Kampoeng Relawan berawal dari sebuah grup dalam media sosial Facebook bernama Reuni Relawan Gempa Bantul 2006. Grup yang semula dimaksudkan untuk menjadi ajang silaturahmi para relawan PMI yang pernah mengikuti aktivitas operasi tanggap darurat (Emergency Response Operation) gempa tektonik di wilayah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 5,9SR di hari Sabtu, 27 Mei 2006 sekitar jam 05.55 WIB itu ternyata kurang berkembang dan hanya searah. Sehingga grup ini relatif kurang terurus. Mungkin karena sepi peminat atau sebab lain. Perubahan besar terjadi setelah kopdar (kopi darat) dan tatap muka anggota grup Voltage di Markas PMI Kab. Bantul yang diinisiasi oleh TSR PMI Kota Surabaya (Seno Suharyo dan Bom Doank), KSR PMI Tulungagung (Musytarif Muhammad dkk), TSR dan KSR PMI Kota Semarang (Hartadi dan Tri Sugiarto serta M. Firman Fahrudi dkk KSR Univ. Diponegoro), Edi Suprayitno (KSR PMI Prov. Bali), Hafil Dayak (TSR PMI Kalsel), Dang Adi (KSR PMI Bengkulu), Yadi Al Ghoribi (KSR PMI Babel), Bambang Widodo dan Iskandar “Rere Edane” Akbar (KSR PMI Sumsel) serta TSR PMI DIY (Seto Handoko, Muksinun, Eko Legok, Ahmad Misno dan Toto Karyanto).  Yang tidak dapat diabaikan dan sangat mendinamisasi kegiatan kopdar tsb adalah kehadiran 4 orang staf divisi relawan dan SDM PMI Pusat yakni Deni Prasetyo, Rahmad Arief, Dody Al Fitra serta Ayu Andini.

Obrolan Sersan Kopdar Bantul 2013

Sebelum kopdar Bantul itu, akhir tahun 2012 lalu, ketika ada upaya politisasi atas penentuan lambang perhimpunan nasional oleh salah satu partai politik yang mengatasnamakan agama, bersama dokter Seno Suharyo, saya menggagas aksi tanda tangan dukungan Relawan PMI se Indonesia agar mempertahankan Palang Merah sebagai aksi Satu Negara Satu Lambang. Banyak daerah, khususnya di luar Pulau Jawa seperti Kalimantan Selatan, Timur dan lain-lain yang dipelopori oleh sdr. Hafil Dayak begitu antusias melakukan upaya penggalangan aksi tanda-tangan dukungan kepada Palang Merah.  Demikian juga dengan Provinsi Bali, peran Edi “Doaku Palestina” Suprayitno sangat luar biasa dalam menggerakkan partisipasi relawan. Khususnya dari kalangan perguruan tinggi. Pulau Jawa sebagai pusat konsentrasi kegiatan kepalang-merahan justru relatif “dingin”. Antusiasme hanya di Jawa Timur, sebagian Jawa Barat dan Banten serta DKI Jakarta. Sementara itu, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta “adem ayem”. Meskipun kurang terekspos media massa umum, di media social Facebook dan Twitter, gerakan ini luar biasa besarnya. Termasuk dampak psikologis yang ditimbulkan juga sangat besar. Terbukti dari proses penyelesaian RUU Kepalangmerahan yang sampai saat ini tidak banyak diketahui publik.

Kuliah lapangan singkat_KSR UNDIP Semarang 
di Sentra Anyaman Pandan Kebumen

Sebagaimana terjadi dalam sejarah berdirinya Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, gerakan relawan PMI tak pernah berhenti pada satu titik formalitas organisasi. Dengan masuknya (kebanyakan) unsur birokrasi dan politisi  dalam struktur formal organisasi PMI di berbagai tingkatan, justru membuat gerakan penguatan kapasitas sumber daya Relawan PMI di luar struktur formal tsb semakin menemukan bentuknya. Dari dunia maya ke dunia nyata. Dan anggota, terutama pemuka Kampoeng Relawan tetap berupaya serius dengan inovasi dan kebersamaan. Satu diantaranya adalah mengisi kegiatan partisipatif dalam acara Temu Karya Nasional V 2013 Relawan PMI di Waduk Selorejo, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada 23 -30 Juni 2013 yang kian mendekat waktu pelaksanaannya.
Dalam rangkaian kegiatan TKN V 2013 ini, Kampoeng Relawan akan mensosialisasikan satu gagasan inovatifnya yakni berupaya mewujudkan sebanyak mungkin wirausaha sosial (sociopreneur) di kalangan relawan, terutama untuk Korps Sukarela (KSR) dan Tenaga Suka Rela (TSR). Pilihan jatuh pada kewirausahaan sosial adalah karena potensi besar yang ada saat ini belum dapat dipetakan dengan optimal. Selain itu, kewirausahaan sosial berbasis komunitas memiliki banyak peluang tumbuh dan berkembang dengan segenap hambatan dan tantangannya. Diprediksi, jumlah relawan PMI dari kalangan KSR dan TSR tak kurang dari 1 juta orang yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Apabila setiap relawan tsb berkontribusi 10 ribu rupiah, maka akan terkumpul modal dasar 10 milyar. Nilai ini cukup memadai untuk menjalankan aktivitas kewira-usahaan dan sekaligus mengangkat kesejhateraan sosial. Mungkin akan muncul pertanyaan, siapa dan bagaimana cara mewujudkan gagasan itu?



Di ajang TKN V 2013 inilah, gagasan tsb dikemas sabagai agenda acara penting Kampoeng Relawan. Berdasar analisis SWOT (strength, weakness, opportunity and threat; kekuatan-kelemahan-peluang-hambatan) sederhana, saya sangat optimis akan dicapai kemajuan dalam pemahaman bersama sebelum melangkah ke arah penyempurnaan dan pembumian gagasan. Optimisme yang bukan sekadar semangat membara. Tetapi, aura positif dalam kegiatan ini semakin terasa kehadirannya. Tentu saja, sepanjang energi positif tercurah pada hal-hal positif dan berdampak jangka panjang, peluang mempercepat realisasi gagasan sangat terbuka. Satu pertanyaan yang agak mengganggu pikiran saya adalah mampukah para relawan PMI yang begitu cekatan dan terampil dalam menangani situasi darurat khususnya memiliki daya dan semangat yang kurang lebih sama pada kondisi normal ?  

Posted in , , , , , | Leave a comment

Kenali Yayasan Air Putih Yuks

Yayasan Air Putih saat di Mentawai
Barusan mendapat tag di status facebook bahwa ada sebuah NGO yang bergerak dalam bidang IT yang selalu mengabarkan berbagai kegiatan live dari lokasi berlangsungnya event. Kegiatan tersebut bertujuan memberikan informasi kepada publik secara langsung terkait agenda kegiatan yang melibatkan perangkat IT dan socmed sebagai alatnya.

NGO tersebut bernama Yayasan Air Putih, melalui telekomunikasi radio dan media sosial seperti twitter dan facebook mereka berbagi informasi. Seperti yang mas Tri Sugiarto ceritakan terhadap saya mengenai gambaran singkat NGO ini, mereka juga hadir di #TemuKarya Relawan PMI di Selorejo Malang.

Terkait hal ini mas Tri Sugiarto juga menyarankan agar kami (siapa saja sih koq kami...) untuk berkoordinasi dengan kang Indrayuki Tasyanthai atau pejabat lain yang berwenang terkait Yayasan Air Putih. Selain turut pula mengabarkan event #TemuKarya, kita juga bisa belajar banyak tentang hal yang belum kita pahami baik itu pemanfaatan IT and socmed versi mereka.

Seperti yang terlihat di gambar bahwa tampak kegiatan mereka (Yayasan Air Putih) saat bencana di Mentawai. Nova Wijaya dan LaLa LittLe SÚnsHine yuk merapat ke Yayasan Air Putih ini, semoga dapat banyak ilmu dari sana.

Posted in | Leave a comment

Sinyal Seluler Terkuat di Temu Karya Nasional 2013 Selorejo Malang


Beraktivitas mobile atau pun hadiri sebuah event entah dalam rangka silaturahmi, kangen-kangenan ataupun berbasis kompetisi tentu tak mengasyikkan bila tidak membawa gadget sebagai pelengkap dokumentasi (katanya orang-orang sih). Tapi emang bener koq kalau hadir di suatu event apapun basisnya, bila tak ada dokumentasi atau pun sekedar update status facebook, ngetweet bahkan termasuk update blog tentu tak menyenangkan bila tak ada gadget, modem, wifi bahkan paling parah tak ada sinyal (bisa mati kutu nih jari jemari).

Melengkapi hal itu semua terkait dengan agenda kita para relawan PMI yang akan mengadakan event nasional plus dihadiri berbagai kontingen dari luar negeri (tercatat dari kicauan @palangmerah ada 18 kontingen luar negeri yang konfirmasi untuk hadir). Tentunya kontingen asing tersebut pun membawa gadget yang tak kalah hebatnya dengan gadget kita (aku sih pake cross aja deh hahahaha). Bawa gadget tiada sinyal, ah sama aja dengan matikutu ini mah.

Nah tentu saja ini harus kita gali informasi bahwa kebutuhan gadget harus butuh sinyal juga, artinya bisa beli pulsa plus sinyal atau pasang router di arena TKN 2013. Mana yang paling dibutuhkan tentu saja harus melihat dari segi keefektifan dan kegunaannya, yang jelas gadget sudah pasti bawa tinggal bawa sinyal atau harus disediakan kepastian sinyal apa aja yang ada di sana.

Berdasarkan informasi yang saya himpun dari beberapa kawan Relawan yang pernah survei lapangan ke Selorejo terkait ujicoba sinyal, ternyata Indosat dan Telkomsel merajai kebutuhan sinyal di sana. Bagi yang menggunakan Indosat ataupun Telkomsel perlu berbahagia tentunya karena saat beli pulsa tak perlu beli sinyal.

Selain kedua operator yang saya sebut tadi di atas, beberapa sinyal yang paling atau cukup fenomenal dengan icon bayi merah laksana flash yang bisa berlari kencang (itu lho film kartun yang bisa lari cepat). Yakni apalagi kalau bukan Jaringan Anti Lelet alias smartfren, dengan dukungan HSDPA operator ini mampu menembus jaringan yang lelet menjadi super anti lelet (kalau nggak hujan sih). Begitu pula dengan Axis dan Three juga berfungsinya sesuai dengan kondisi cuaca.

Mengenai jaringan XL maaf sekali ini tak bisa digunakan kayaknya karena sangat lemah koneksi di sana bahkan bisa dikatakan "SOS" bagi yang pake blackberry lho. Lantas kesimpulannya bahwa Jaringan Operator Seluler yang bisa berfungsi baik dari teratas hingga terendah yaitu Indosat, Telkomsel, Smartfren, Axis, Three dan XL.

Posted in , , | Leave a comment

Kopi Kingkong Hadir di TKN

Kopi Kingkong asal Sumatera
Selamat nyruput kawan-kawan volunteer, sudahkah pada nyruput di sore ini? Bagi yang belum sruput-sruputan sini tak senggol satu persatu biar pada bangun, atau yang sedang nyeduh kopi dengan tambahan menu mendoan anget selamat menikmati saja.

Masih berbicara mengenai minuman yang bisa bikin mata melek (laksana cabe saja, nah lho koq cabe? pikir sih ora), dengan warna khas yaitu hitam pekat laksana pantat wajan dengan aroma yang khas. Siapa pikir coba tebak macam pernyataan aku tadi, yups tentu saja minuman tersebut adalah coffee (pakai bahasa Londo dikit).

Kopi di Indonesia beraneka ragam rupanya baik itu bercorak jenis tanah laksana Kopi Merapi, atau berlatar belakang budaya dan nama daerah seperti Kopi Toraja, Kopi Aceh dan lain sebagainya. Lain Jawa lain pula Sumatera, ternyata di salah satu kota yang terkenal dengan jembatan Amperanya Sumsel punya kopi khusus yang bernama Kopi Kingkong.

Berdasarkan informasi yang saya baca dari status kiriman mas Musytariif Muhamad di Kampoeng Relawan, kopi ini berasal dari Musi dan murni buatan sendiri oleh pemiliknya sejak 30 tahun silam. Bila anda ingin mencarinya bisa kontak kawan yang ada di daerah Musi atau saat berada di Pangkal Pinang yakni selatan alun-alun Tanah Merdeka, cafe Kingkong Kopi Hitam menyediakannya.

Bila masih penasaran dan ingin mencobanya juga, harap mampir ke kedai Voltage Kampoeng Relawan di Temu Karya Nasional 2013 di Waduk Selorejo Kabupaten Malang, Jawa Timur 23-30 Juni 2013. Siamo Tutti Fratelli.

Posted in , , | Leave a comment

DEWAN REDAKSI JURNAL (REVIEW) ICRC

oleh: Toto Karyanto

Bagi organisasi dunia sebesar ICRC, publikasi merupakan bagian penting dalam memelihara akuntabilitas. Di era informasi saat ini, publikasi mencakup banyak hal. Dari berita aktual tentang aktivitas yang telah dan sedang dilakukan sampai dengan kajian-kajian ilmiah dari berbagai masalah mendasar.  Karena itu, ICRC membentuk satu Dewan Redaksi yang terhitung sejak Mei 2011 diketuai oleh Vincent Bernard, seorang pakar ilmu hukum dan  internasioal yang telah bekerja di ICRC lebih dari 13 tahun. Pengalaman selaku anggota delegasi (petugas lapangan) di berbagai daerah konflik dan staf di kantor pusat ICRC tentu merupakan kredit point bagi bagian publikasi ilmiah ICRC.
Mengingat banyaknya personalia yang menjadi anggota Dewan Redaksi, tulisan ini akan dibagi dalam beberapa segmen. Sumbernya ada di sini. 

Dewan Redaksi bertugas memberikan saran kepada tim redaksi berdasarkan  tema dan kebijakan editorial  serta berperan penting dalam melakukan tinjauan artikel-artikel sesuai prinsip kesetaraan. Dewan baru ini mulai bertugas sejak Mei 2011.

1.    Vincent BERNARD (Perancis), Editor Utama (Kepala)  Review Internasional Palang Merah (ICRC Jenewa)
Vincent Bernard menjadi EditorKepala Review (jurnal khusus) Palang Merah Internasional pada bulan Oktober 2010. Lulusan Institut Ilmu Politik Strasburg itu memegang gelar Master dalam ilmu politik, yakni LL.M dalam hukum internasional (fakultas Hukum di Strasburg dan King College London) dan DES dalam ilmu hubungan internasional dari Jenewa Graduate Institute of International Studies. Vincent Bernard memenangkan kompetisi IHL Jean Pictet (salah satu lomba penting dalam Hukum Humaniter Internasional/HHI) sebagai bagian dari tim Graduate Institute pada tahun 1995. Setelah berceramah tentang hukum internasional dan IHL (HHI) di Universitas Marmara Istanbul Turki, ia bergabung dalam ICRC pada tahun 1998. Ia telah bekerja selama 13 tahun baik di lapangan (Delegasi Regional untuk Afrika Barat di Dakar, Delegasi Regional untuk Afrika Timur di Nairobi, dan Israel serta wilayah Pendudukan),  kantor pusat ICRC dan berbagai daerah serta tugas menurut kecakapan (integrasi dan promosi IHL, kordinator komunikasi, kepala sektor untuk Afrika dan kepala komunikasi operasional).



2.   Rashid Hamad AL Anezi, Profesor Hukum Internasional, Kuwait University School of Law (Kuwait)
Rashid Hamad Al Anezi adalah Guru Besar Hukum Internasional, Kuwait University School of Law. Beliau meraih gelar PHD dari Universitas Cambridge (1989), gelar LLM (magister ilmu hokum) dari Tulane University, Amerika Serikat, dan gelar BA dalam Ilmu Hukum dan Syariah dari Universitas Kuwait. Dia adalah Pembantu Dekan Fakultas Hukum dan Kepala Departemen Hukum Internasional. Dia saat  ini adalah Partner dalam International Legal Group, sebuah firma hukum. Rashid Hamad Al Anezi adalah anggota tetap berbagai komite menteri, termasuk komite nasiona HHI. Dia adalah anggota Dewan Editor Jurnal Hukum yang diterbitkan oleh Asosiasi Pengacara Kuwait serta Jurnal Hukum pada Kuwait University School of Law. Dia adalah penulis banyak artikel dan buku tentang hukum internasional dan HHI.



3.      Annette BECKER, Profesor sejarah modern (Perancis)

Annette Becker, Profesor Sejarah Modern di Paris Ouest Nanterre La Défense dan anggota senior Institut Universitaire de France, banyak menulis tentang dua Perang Dunia dan kekerasan ekstrem terhadap warga sipil yang menelan banyak sekali korban, dengan penekanan pada pendudukan militer dan genosida. Dia telah mengabdikan diri dalam penelitian untuk politik kemanusiaan, trauma dan kenangan, intelektual dan seniman. Dua buku terakhirnya adalah Apollinaire, Une biographie de guerre, Tallandier, 2009, dan Les cicatrices Rouges, Prancis et Belgique occupées 1914-1918, Fayard, 2010. Sekarang ia tengah  menulis dua suara penting abad ke-20 dan bencana yang ditimbulkannya bersama Raphael Lemkin dan Jan Karski.

Posted in , , , , , | Leave a comment

Pertolongan Pertama Saat Bayi Jatuh

oleh: Seno Suharyo

VoltageSocmed - Menurut sebuah riset terbaru, sekitar 5 ribu anak di Amerika jatuh dari jendela setiap tahunnya. Penelitian dilakukan oleh para peneliti di Center For Injury Research and Policy, The Research Institute, Columbus, Ohio, Amerika Serikat.

Selain jatuh dari jendela, kecelakaan lainnya yang sering terjadi adalah anak jatuh dari tempat tidur, terutama yang jatuh adalah bayi.

Pergerakan bayi yang semakin berkembang memang menggembirakan. Namun, pada saat yang sama bayi juga akan berisiko jatuh dari tempat tidur. Banyak orangtua yang mempunyai pengalaman bayinya terjatuh dari tempat tidur. Jangan panik.

Usia bayi adalah masa rawan terjadi kecelakaan. Saat ia belajar berguling misalnya dan orang tua lengah, ia bisa saja terjatuh dari tempat tidur.

Yang pasti, saat si kecil terjatuh, jangan hanya mengkhawatirkan bagian kepala saja, karena semua anggota tubuhnya memiliki risiko yang sama untuk mengalami benturan yang dapat membahayakannya.

Berikut ini adalah Manajemen Pertololongan Pertama sederhana disaat bayi jatuh.
  • Perhatikan baik-baik pada posisi apa saat si kecil diketemukan.
  • Perhatikan baik-baik kondisi si kecil. Apakah setelah jatuh langsung menangis dan menggerak-gerakkan semua anggota badannya? Jika ya, kita bisa langsung menggendong untuk menenangkannya. Setelah ia tenang, baru lakukan observasi.
Adapun observasi yang perlu dilakukan adalah :

1. Cari dan ingat bagian-bagian mana saja yang lebam/benjol/memar diseluruh anggota badan bayi. Jika menemukan benjolan di kepala atau memar di badan, boleh diobati dengan obat anti trauma oles. Jika pada bagian kepala tidak ditemukan lebam atau benjol, tapi bayi menangis saat dipegang, larikan segera ia ke rumah sakit terdekat. Untuk benjol bisa dikompres dengan es. Bila ada luka berdarah, tekan luka itu dengan kapas bersih selama 10 menit, kalau tidak berhenti segera bawa ke dokter.

2. Coba gerakkan kedua tangan bayi, ke samping, ke atas, ke bawah, kedepan, lalu rentangkan dan angkat-angkat lah. Jika ada reaksi karena rasa sakit, pastikan di tangan yang mana dan saat dalam posisi seperti apa. Ini sebagai bahan untuk dilaporkan ke dokter.

3. Lakukan hal yang sama pada kaki.

4. Tengokkan kepala bayi ke kanan dan ke kiri. Coba dekatkan dagu bayi ke dada secara perlahan. Jika ada keluhan catat sebagai laporanpada dokter.
5. Miringkan badan si kecil ke kiri dan ke kanan. Jika ada reaksi karena rasa sakit, catat dan laporkan ke dokter.

6. Lakukan observasi selama 2×24 jam.

Jika dalam kurun waktuitu ada gejala karena rasa sakit, apalagi sampai terjadi muntah dengan menyembur, segera larikan ke rumah sakit terdekat. Sebaliknya bila setelah jatuh dalam keadaan sadar tapi pasif (apalagi tidak menggerak-gerakkan anggota badannya) jangan mengangkatnya. Yang harus diwaspadai bila bayi sampai pingsan atau tidur dan susah dibangunkan, muntah, kejang pada wajah atau anggota gerak.

Hubungi UGD rumah sakit terdekat atau 118 untuk minta pertolongan paramedis. Salah mengangkat dalam kondisi seperti ini dapat berisiko fatal. Jika dalam keadaan tengkurap, kemungkinan besarnya aman. Tapi kita mesti melakukan pemeriksaan seputar bahu, kedua tangan, dada dan kaki. Caranya seperti yang disebutkan di atas.

Jika ada rasa sakit segera bawa ke rumah sakit terdekat.

Jika dalam keadaan telentang, periksa dan perhatikan daerah kepala bagian belakang, leher, punggung, dan panggul, mulai dari tanda lebam atau merah, hingga rasa sakit saat disentuh dan digerakkan seperti yang telah disebutkan di atas. Pastikan bayi tidak muntah atau mengalami penurunan kesadaran dalam 2 x 24 jam.

Jika ada rasa sakit saat disentuh dan digerakkan atau muntah atau mengalami penurunan kesadaran dalam 2 x 24 jam, segera larikan ke rumah sakit terdekat.

Jika bayi ditemukan dalam posisi miring, kanan atau kiri, perhatikan dan periksa kepala, tangan yang menjadi tumpuan badan, juga kaki. Lakukan pemeriksaan seperti yang disebutkan di atas.

Jika ada rasa sakit, segera larikan ke rumah sakit terdekat.

Jika ditemukan dalam posisi duduk, periksa dan pastikan bayi masih sadar, biasanya menangis dan mampu menggerakkan anggota badan. Periksa bagian panggulnya, ada tidak tanda memar, merah, atau sakit saat dipegang atau digerakkan.

Jika ya, segera larikan ke rumah sakit terdekat.

Dalam posisi apa pun jatuhnya si kecil, jangan lupa melakukan pemeriksaan mata. Sebaiknya menggunakan senter :

Masih bereaksi kah saat kita senter matanya, mengedip, menutupmatanya atau kaget. Jika tidak bawa segera anak ke rumah sakit.
Gerakan senter ke kanan dan ke kiri, masih mampu kah bayi mengikuti gerakan sinar. Jika tidak ia harus segera larikan ke rumah sakit terdekat.
Perhatikan pupil matanya, apakah pupil mata yang kiri dan kanan sama besar/kecilnya saat kita senter satu per satu. Jika sama kita bisa bernapas lega. Bila tidak, bayi perlu menjalani pemeriksaanlebih lanjut, seperti CT Scan.

Di bawah ini kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi pada saat bayi terjatuh. Dengan pengetahuan ini diharapkan orangtua bisa lebih memahami kondisi bayi bila terjatuh dan mampu melakukan pertolongan pertama yang benar.

Jika kepala terlebih dahulu yang membentur lantai.

Di sebelah mana pun benturan itu terjadi selama masih di kepala,kita perlu mewaspadainya. Tulang tengkorak bayi masih rapuh dan belum memiliki refleks untuk menahan dengan baik. Kemungkinan yangbisa terjadi, bayi mengalami fraktur atau retak/patah tulang tengkorak kepala, atau perdarahan di luar tengkorak atau di dalamtengkorak.

Perdarahan di luar dapat ditandai dengan adanya benjol/memar. Selama tidak ada fraktur, kondisi ini bisa dikatakan tidak parah. Rabalah ubun-ubunnya apakah menonjol atau tidak. Ubun-ubun yang menonjol menjadi tanda adanya peningkatan tekanan dalam otak yang dapat terjadi karena edema otak atau perdarahan.

Harap diketahui, bila tidak ditemukan benjolan/memar, tapi bayi menangis (atau justru tidak menangis dan langsung tertidur), tidak sadarkan diri, mengalami kejang/muntah-muntah (yang menyembur tetapi bukan gumoh), ada kecurigaan bayi mengalami perdarahan di dalam tengkorak kepalanya.

Segera larikan ke rumah sakit terdekat.

Jika dada terlebih dahulu yang membentur permukaan.

Kalau tempat mendaratnya datar, kemungkinan risiko bayi untuk cedera lebih sedikit. Sebaliknya, tempat mendarat yang tidak mulus atau ada tonjolan yang tepat mengarah ke dadanya dapat mengakibatkan fraktur/parah tulang iga atau rusuk yang patahannya dapat mengenaiorgan paru-paru atau jantungnya.

Untuk itu perhatikan apakah si kecil dapat bernapas secara normal atau tidak. Umumnya jika bagian dada terlebih dahulu yang “mendarat”, secara alami tangan akan membuat perlindungan terlebih dahulu. Karena itu periksa juga kondisi tangan dan bahu bayi. Apakah ada pergelangan tangannya yang mengalami patah atau adakah sendi yang keluar (dislokasi) dari tempatnya.

Periksa juga bagian kepala, khususnya dahi. Biasanya saat mendarat, sekalipun dada terlebih dahulu, kepala langsung menyusul membentur lantai. Jika panggul terlebih dahulu yang mendarat. Kemungkinan besar bayi akan mengalami dislokasi atau fraktur tulangpanggul.

Karena panggul berhubungan langsung dengan tulang belakang, dikhawatirkan ada saraf-saraf yang terjepit. Jika yang terjepit saraf kaki biasanya si kecil tidak bisa menggerakkan kakinya alias lumpuh. Jika yang mendarat kaki terlebih dahulu. Kejadiannya pada tiap bayi bisa berbeda. Jika ia sudah bisa berdiripasti akan menahan tubuhnya dengan kaki lalu jatuh bersimpuh. Risiko kasus ini adalah dislokasi atau keseleo. Pada bayi di bawah 6 bulan meski belum mampu menahan tubuhnya, secara alami badan bayi akan terjatuh ke depan dan sebelum mendarat tangannya akan menjadi bumper.

Jika yang mendarat bokong duluan.

Berbahaya karena kaitannya langsung dengan tulang belakang dan dapat mengakibatkan patah pada tulang punggung bayi. Risiko lain, bila ada saraf ang terjepit bisa mengakibatkan kelumpuhan. Bayi yang ditemukan terjatuh ada posisi seperti ini jangan digendong. Biarkan paramedis yang melakukan pertolongan. Tapi jika si kecil sadar dan bisa aktif kita bisa langsung enggendongnya.

Jika yang mendarat terlebih dahulu punggung.

Menjadi bahaya jika saat mendarat posisi leher ikut terlipat/tertekuk karena bisa mengakibatkan keseleo dan fraktur tulang leher. Bila bayi dalam keadaan idak sadar jangan mencoba mengangkatnya. Langkah yang bisa kita lakukan adalah minta bantuan paramedis di UGD di rumah sakit atau 118.

Supaya tidak berulang, halangi tempat tidurnya dengan guling, atau letakkan kasur di bawah atau di lantai.



Tulisan : Begawan Abyasa

Support idea : Juliadi Susanto

Posted in , , , , | Leave a comment

Mengalah Bukan Menyerah

Status Nova Wijaya Inspirasi Judul Postingan ini
Judul ini saya dapatkan saat membaca sebuah postingan atau lebih tepatnya status facebook yang ditulis oleh seorang blogger dan volunteer PMI dari Bojonegoro. Merupakan seorang gadis manis berwajah oriental dengan sorot mata yang cukup membuat hati lumer layaknya eskrim dan yang pasti dia lebih tepatnya apa ya, pokoknya diantara kata cantik, manis dan ayu aku pilih manis deh buat nova wijaya #ups curhat.

Intinya hanya ingin menjabarkan apa yang aku lihat tadi di status nova dan menurutku masih bisa dipautkan dengan kondisi grup volt***e saat ini. Sebuah permasalahan yang timbul lantaran grup facebook bernama volt***e yang digandrungi para relawan PMI sebagai wadah rembug pikir demi perbaikan PMI, eh muncul seseorang berinisial A dengan gelar dr. yang seolah mengintimidasi beberapa kawan grup volt***e yang intinya ingin diakui bahwa dirinya pencetus grup volt***e tersebut.

Kabar berita ini pun muncul saat mas Tri Sugiarto (ngapunten nggih kulo sambat mas biar keliatan muda dikit hehe) yang isinya bahwa dr. A ini ingin diakui keberadaannya sebagai pembuat grup volt***e. Lantas ini pun membuat geram kami semua yang ada dalam grup lantaran sudah damai, adem ayem untuk rembug pikir demi perbaikan dan kebaikan PMI di masa mendatang yakni dengan rembugan bahas AD/ART PMI yang dinilai banci.

Sebuah hal yang menurut saya lucu, aneh dan bikin ngakak (ngapunten ini hanya menjabarkan sikap dr. A tersebut), secara melihat kapasitas beliau yang notabene seorang dokter dengan gaji yang cukup (lha koq ngomongke gajiii..) koq mau-maunya menghabiskan waktu, menyempatkan waktu guna ingin namanya dicatat dalam sejarah sebagai pembuat grup facebook volt***e.

Ini orang ingin jadi pahlawan atau sok pahlawan, gimana tho bapak dr. A ini. Harusnya (ini pendapat saya pribadi lho..) kalau ingin melihat kemajuan PMI, bapak dr. A mendukung dan mensupport apa yang sudah kami perjuangkan di Bantul. Melalui kerelaan hati relawan dari berbagai daerah dengan segala keperluan sendiri entah itu duit akhir bulan atau terpaksa ngutang demi rembug relawan guna membahas perbaikan PMI di masa mendatang, penuh keikhlasan atas satu nama Relawan PMI merelakan masa liburan di tempat tinggalnya.

Sebuah keputusan besar demi lahirnya sebuah generasi baru dalam berfikir seorang relawan yang mau bela-belain bahas perbaikan organisasi kemanusiaan. Tentunya apa  yang dilakukan selama dua hari di Bantul tanggal 25-26 Mei 2013 ini sepakat bahwa hasilnya akan dibawa ke dalam Munas PMI dan rembug pikir kembali pada Januari atau Februari 2014.

Melihat kesungguhan dan keikhlasan relawan ini, harusnya bapak dr. A merasa malu dengan segala prasarana dan keterbatasan mereka mampu menyusun strategi demi perbaikan organisasi. Lha koq tiba-tiba bapak dr. A muncul ingin namanya tertulis di batu nisan sebagai pahlawan volt***e. Intinya orang tersebut ingin diakui dalam sebuah nama pencetus grup facebook volt***e dan singkatnya dalam penafsiran saya ingin merebut grup facebook tersebut menjadi miliknya.

Dengan penuh kesabaran dan berbagai ide kreatif mengolah otak (kayak makanan aja diolah-olah), akhirnya sepakat bahwa kita tetap mempertahankan perjuangan kita yakni notulensi, visi misi serta tetek bengek hasil rembug relawan di Bantul. Hanya saja sekarang kita pindah lapak yang semula rembug relawannya di socmed bernama "Volt***e" kini menjadi "Kampoeng Relawan". Ingat! Visi misi dan tujuan tetap sama sesuai hasil kesepakatan di Bantul.

Lha terus piye iki hubungane karo judul postinganku? Sambil berfikir bahwa apa yang kita lakukan dalam grup "New Voltage" (Nama yang disebutkan mas Tri Sugiarto) sesuai rembug relawan di Bantul, mengalah kepada dr. A dan sepakat menyerahkan grup sosmed facebook "Voltage". Mengalah ini adalah mencegah sebuah upaya intimidasi berlanjut dari beliau, tujuannya agar FGD yang biasanya berkepanjangan Focus Grup Discussion tetap berjalan walau di grup socmed facebook yang baru (saat ini bernama Kampoeng Relawan).

Kita itu mengalah bukan menyerah. Mengalah dengan cara memberikan grup socmed lama ke dr. A agar beliau puas, senang, loncat-loncat sambil bilang wow, wew, wiw atau apalah terserah. Mengalah karena beliau memiliki watak keras, mau menang sendiri dan lain sebagainya. Mengalah agar kita bisa terus melanjutkan perjuangan sesuai kesepakatan di Bantul walau di grup socmed facebook dengan nama baru. Kita mengalah bukan menyerah, bila Mengalah masih bisa cari peluang namun Menyerah kita kehilangan segalanya.

Terima kasih de Nova Wijaya atas inspirasinya demi terwujudnya tulisan ini. Sekian.

Posted in | Leave a comment

Bicara atau Tetap Diam Dalam Aksi Kemanusiaan- Bagian III (selesai)



JAKOB KELLENBERGER
(Presiden Komite Palang Merah Internasional) 

Prioritas utama: akses menuju korban
Organisasi ini dikritik karena memberikan prioritas mutlak untuk melaksanakan tugas kemanusiaan daripada menyediakan informasi sebanyak mungkin untuk masyarakat, apa lagi orang-orang menyadari bahwa staf ICRC akan memiliki banyak hal untuk diberitahukan. Staf kami dihadapkan setiap hari dengan pelanggaran hukum humaniter internasional, dalam beberapa kasus yang sangat serius, dan mereka tahu kondisi di penjara terpencil, kamp tawanan perang dan pusat-pusat penahanan. Beberapa organisasi memiliki pengetahuan yang luas mengenai situasi yang sebenarnya, kondisi riil di zona perang dan daerah konflik. Seperti yang telah kita lihat, bukan ICRC yang membuat kecaman yang berat sebelah.
Di zaman dimana orang-orang sangat cepat memberikan penilaian dan ungkapan histerik keprihatinan dan kecaman dinilai tinggi terlepas dari dampak yang sebenarnya terhadap kondisi, sikap tutup mulut ini mungkin mengasingkan beberapa atau mengganggu orang lain karena tidak cocok dengan harapan banyak orang. Apa yang mengkarakterisasikan ICRC bukanlah kehati-hatian yang berlebihan yang diterjemahkan sebagai penolakan untuk memberikan penilaian secara terbuka dan untuk membuat kecaman yang berat sebelah.
Namun demikian, keengganan ICRC untuk membuat pernyataan publik tidak bisa disangkal. Alasan sikap diam ini ada dua: ia tidak ingin mengambil risiko kehilangan akses terhadap korban konflik karena melakukannya, dan ia memiliki syarat tentang sejauh mana deklarasi publik dapat memobilisasi opini. Kebetulan, sikap menahan diri yang diterapkan ICRC pada stafnya saat berurusan dengan public selama perang Biafra adalah salah satu alasan yang menyebabkan
Bernard Kouchner - anggota staf ICRC pada saat itu - membantu mendirikan Médecins sans Frontières pada tahun 1971. Dia merasa bahwa "wanita tua" itu, karena ICRC kemudian akrab dikenal di kalangan MSF, perlu banyak menahan diri dan menempatkan terlalu banyak batasan pada ekspresi pendapat yang spontan.

Kehati-hatian sangat diperlukan dalam penggunaan kata-kata. Memang, keputusan untuk terlibat dalam debat publik - dan jika demikian, di mana dan kapan - harus dilakukan dengan hati-hati. Filsuf Jerman Hans-Georg Gadamer, ketika berbicara tentang bahasa dan percakapan, berpendapat bahwa kita sendiri jarang membuat sebuah percakapan dimana kita merasa seperti tertarik ke dalamnya dan terjebak di sana.
Selain niat kita sendiri, bahasa dan konteks menentukan apa yang ada dalam perkataan kita. Untuk sebuah organisasi kemanusiaan seperti ICRC, yang hampir selalu bekerja dalam konteks emosional hingga rasional, hal ini juga merupakan pertimbangan penting. Kita tidak hanya harus jelas dengan apa yang ingin kita katakan atau tidak katakan, tetapi juga harus mempertimbangkan dengan hatihati kapan dan di mana kita harus terlibat dalam debat publik.

Sifat subsider seruan publik

Mungkin tidak ada yang lebih baik dalam menjelaskan hubungan ICRC dengan pernyataan publik dan kecaman pelanggaran publik atas hukum humeniter internasional daripada fakta bahwa, sebagai sebuah peraturan, organisasi memilih sarana tersebut hanya ketika pendekatan rahasianya siasia dan sampai pada kesimpulan bahwa hal itu tidak bisa memberikan kontribusi berarti lebih lanjut untuk melindungi dan mendukung para korban konflik. Kecaman publik adalah alternatif terbaik kedua atau ketiga. Untuk kata lain: sebagai aturan, langkah ini akan diambil hanya bila ICRC menyimpulkan bahwa kecaman publik atau seruan publik akan berbuat lebih banyak bagi korban konflik dibanding pekerjaannya di lapangan. Dalam menilai implikasi komentar ini, juga harus diingat bahwa pengalaman ICRC mengenai efek memobilisasi seruan publik belum tentu meyakinkan, meskipun memang efeknya tidak dapat diverifikasi secara detil.
Sulit membayangkan seruan publik yang lebih dramatis dan mendesak terhadap masyarakat internasional daripada yang terjadi pada 28 April 1994, sekitar tiga minggu setelah dimulainya genosida di Rwanda yang kemudian berlangsung selama tiga bulan. ICRC meminta pemerintah terkait untuk mengambil semua tindakan yang mungkin untuk segera menghentikan pembantaian. Untuk menyelamatkan delegasinya sendiri di Rwanda dari kematian, ICRC awalnya tidak menggunakan istilah "genosida". Namun, peggunaan istilah yang terlalu banyak - "pembantaian sistematis", "pemusnahan sebagian besar penduduk sipil" - menambah keraguan tentang apa yang sedang terjadi. Dan bagi siapa saja yang mungkin masih terganggu dengan rasa ragu, situasi itu dijelaskan dalam sejumlah siaran pers yang dikeluarkan selama bulan April yang menggunakan istilah seperti "kekacauan", "pembunuhan", "pembantaian", "tragedi kemanusiaan", dll. Tetapi untuk semua kejelasannya, pernyataan publik ini tidak menimbulkan reaksi internasional yang cepat seperti yang diinginkan. Tidak harus menunggu hingga 22 Juni bagi Dewan Keamanan PBB memberi Perancis lampu hijau untuk melaksanakan operasi kemanusiaan selama periode dua bulan sampai pelaksanaan resolusi 17 Mei yang meningkatkan jumlah staf Misi Bantuan PBB untuk Rwanda (UNAMIR) hingga 5,500.
Maksud dari contoh ini bukan untuk mencela respon yang lambat dari masyarakat internasional, tetapi untuk mengingatkan mereka yang mendukung tuduhan publik yang bersifat cepat dimana orang sering puas hanya dengan hal itu saja. Saya mengatakan hal ini dalam pemahaman penuh tentang begitu pentingnya sekarang bila ditempatkan sebagai "sorotan". Masalahnya adalah bahwa hal ini umumnya berarti tidak lebih dari meminta orang lain untuk melakukan sesuatu. Para korban, bagaimanapun, membutuhkan bantuan dan perlindungan yang sebenarnya. Dalam mengutarakan maksud ini, saya tidak meremehkan pentingnya meminjamkan suara kepada mereka yang tidak memiliki hak dan yang sebaliknya tidak didengar. Posisi ICRC yang berkaitan dengan komentar publik dapat dimengerti hanya oleh mereka yang tahu bahwa akses ke semua korban konflik bersenjata memiliki prioritas yang lebih tinggi dari apa pun kecuali adanya pertimbangan keamanan. Dan ketika ia menetapkan prioritas, maka tidak akan ada perbuatan yang setengah-setengah.
ICRC juga berusaha untuk mempertahankan keseimbangan yang wajar antara tanggung jawab yang ia terima dan kapasitasnya sendiri untuk bertindak. Jika saya bisa parafrasekan sebuah komentar dari Enzensberger, ICRC tidak ingin membesarkan jajaran orang-orang yang melalaikan tanggung jawab mereka dengan menetapkan persyaratan moral - untuk dirinya sendiri dan orang lain - yang tidak ada hubungannya dengan setiap kapasitas nyata untuk bertindak. Dalam dunia dimana setiap kegiatan sebenarnya termasuk berbicara harus dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan, termasuk hiburan, maka meletakkan prioritas bisa berarti sangat dogmatis, meskipun hal itu jelas dari sudut pandang korban. ICRC tidak melihat dirinya sebagai hati nurani umat manusia dan tahu bahwa hal itu tidak dapat mencegah konflik bersenjata. Apa yang benar-benar ia inginkan adalah melakukan segala daya untuk membantu para korban konflik dan untuk menghentikan segala sesuatu yang bisa membahayakan akses menuju mereka. Di satu sisi, hal itu dapat dilihat sebagai usaha membela standar keberadaban minimum dalam kondisi yang sulit. Manfaat atau kerugian dari komentar publik harus diukur dengan pengaturan prioritas ini.
Dua hal tidak boleh dilupakan: "berbicara secara terbuka" atau "tetap diam" keduanya adalah tindakan yang sangat relevan dengan keamanan staf ICRC. Selain itu, ada banyak ruang bagi komentar publik yang agaknya tidak membahayakan pelaksanaan kegiatan kemanusiaan, misalnya banyak kesempatan untuk menyebarkan pengetahuan tentang hukum humaniter internasional dan untuk membuat proposal baru bagi pengembangan lebih lanjut. Di Kolumbia saja, ICRC telah melakukan 1.340 seminar dan pertemuan yang dihadiri oleh hampir 60.000 peserta dari organisasi pemerintah dan nonpemerintah.

Keterbukaan dan kerahasiaan

Sejauh ini, semua referensi saya mengarah ke komentar publik. Namun, komentar publik tentu bukan satu-satunya atau bentuk yang paling efektif dari komentar. Staf ICRC sering berbicara dengan jelas dan jujur. Ketika mereka menemukan pelanggaran hukum humaniter internasional, mereka membicarakan masalah ini dengan pihak yang bertikai, dan seringnya dengan komandan pasukan di daerah yang sangat terpencil, untuk menjelaskan tentang hukum yang berlaku dan permintaan kepatuhan.
Untuk melakukan hal ini membutuhkan keberanian. Risiko pribadi dalam melakukan hal ini jauh lebih besar daripada mempubikasikan kecaman yang jauh dari zona konflik.  Selain itu, laporan dari penjara, yang bersifat rahasia, berisi rekomendasi ICRC tentang cara cara untuk memperbaiki kondisi di tempat penahanan. Rekomendasi ini akan dibahas dengan pihak yang berwenang. Selama kunjungan mereka berikutnya ke tahanan, delegasi ICRC memeriksa untuk melihat mana saja anjuran yang telah dilaksanakan. Laporan tentang pelaksanaan perang dan penilaian sejauh mana penduduk sipil dilindungi dalam operasi militer disusun dan disajikan kepada pihak yang bertikai.
Dengan kata lain, adalah penting untuk menyadari bahwa sikap diam ICRC di depan umum tidak berarti bahwa ia tidak mengatakan apa-apa tentang apa yang dilihatnya dan tidak berbicara demi memperbaiki keadaan. Pada akhirnya, ia menempatkan lebih banyak kepercayaan pada pendekatan rahasia dibandingkan efek kecaman publik.
ICRC juga memilih untuk mengadopsi pendekatan rahasia ketika kondisi di tempat-tempat penahanan atau di daerah konflik merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional. Hanya ketika pendekatan rahasia berulang gagal untuk mengakhiri kondisi tersebut, atau setidaknya untuk memperbaiki mereka, apakah ICRC mempertimbangkan untuk maju ke depan publik. Namun, ICRC mengambil keputusan itu hanya saat ia yakin bahwa maju ke depan umum akan membantu orang-orang yang bersangkutan. Dalam praktek ini umumnya merupakan prosedur langkah-demi-langkah selama segala sesuatu mungkin dilakukan di lapangan dan di kantor pusat untuk memperbaiki situasi kemanusiaan.
Terutama sekali, pengawasan dilakukan tidak untuk melemahkan posisi personil lapangan yang
bertanggung jawab dengan melewati satu atau lebih fase dalam intervensi kami. Sebuah perbandingan tentang pernyataan publik ICRC di Guantanamo pada Februari 2002, Mei 2003 dan Januari 2004 memberi contoh mengenai pendekatan ini.20 Sebelum ICRC tampil ke publik, ia secara alami menilai perbaikan aktual yang bisa diharapkan bila ia melakukannya. Hasil protes publik umum yang tak lengkap, ekspresi ketakutan dan sikap mengecam juga harus dipertimbangkan.

Mengingat segala sesuatu yang dilihat dan dialami delegasi ICRC, seringkali diperlukan upaya besar bagi mereka untuk tidak memberikan kendali bebas bagi rasa marah mereka. Menggambarkan kepada publik - sering dengan nada emosional yang berbeda - kondisi mengerikan di penjara X di Negara A dapat memuaskan mereka di kalangan penduduk yang tidak mau ketinggalan berita, dan kecaman dapat memperbaiki situasi korban, setidaknya dalam jangka pendek. Namun, akses lebih lanjut kemungkinan dapat ditolak dan hampir tidak ada orang yang kemudian akan bertanya-tanya apa yang terjadi pada tahanan ketika mereka tidak lagi dikunjungi. Selain itu, keputusan untuk tampil ke publik tidak dapat diambil untuk menanggapi satu situasi tertentu; pertimbangan juga harus diberikan kepada dampak yang mungkin timbul dalam konteks lain. Dengan tampil ke publik dikarenakan kondisi di negara A apakah kita meniadakan akses kita menuju para korban di negara B atau C?

Menjaga kerahasiaan sering membutuhkan disiplin yang cukup dan tingkat kerendahan hati dalam suatu lingkungan di mana sedikit pengetahuan relatif sebanding dengan keinginan besar untuk mempublikasikan kecaman. Sangat, misalnya, menarik untuk membalas komentar tentang pendekatan rahasia yang disebut tidak melakukan apa pun untuk memperbaiki kondisi di penjara Irak dengan menguraikan perbaikan yang telah diamati delegasi ICRC setelah kunjungan mereka ke penjara Abu
Ghraib yang terkenal buruk dekat Baghdad.21 Apapun yang dikatakan dalam retrospeksi, saya tidak ragu bahwa perbaikan, yang dibuat jauh sebelum terpublikasinya foto-foto mengerikan mengenai tahanan yang mengalami perlakuan tidak manusiawi dan memalukan, disebabkan sebagian karena—jika tidak sebagian besar—permintaan jujur ICRC.

ICRC dan media

Beberapa orang mungkin percaya bahwa perubahan yang diperlihatkan lebih efektif saat ini terutama dalam masyarakat demokratis terbuka - jika tuas publisitas digunakan. Mereka berpendapat bahwa dunia di mana kita hidup sebagian besar dibentuk oleh media, dan karena itu ICRC, juga, harus mengadopsi pendekatan yang berbeda untuk operasinya dan kerja komunikasinya dibanding sebelumnya.

Tentu saja, strategi komunikasi ICRC perlu memperhitungkan tingkat perhatian media yang diberikan kepada peristiwa tertentu dari konflik. Namun, ICRC biasanya bekerja jauh di luar jangkauan sorotan media di semua zona perang dan tanpa memperhatikan intensitas liputan media. Kewajiban utamanya adalah untuk para korban kekerasan. Laporan yang bocor ke pers menunjukkan bahwa tahanan merasa bahwa mereka bisa mempercayai percakapan pribadi mereka dengan perwakilan ICRC, dan sementara itu di penjara mereka mampu berbicara tentang perlakuan tidak manusiawi yang mereka alami. Hal ini juga menunjukkan bahwa ICRC blak-blakan dalam upaya untuk memperbaiki situasi.  Kerahasiaan ini tidak sama dengan ketidakaktifan atau keterlibatan.

Ini adalah pertanyaan yang diperdebatkan apakah kecaman publik oleh ICRC tentang kondisi di penjara Irak akan memiliki efek yang sama atau mirip seperti publikasi foto-foto tersebut ke seluruh dunia.
Faktor pentingnya adalah bahwa ICRC menganggap bahwa—baik dalam jangka panjang dan dalam kasus-kasus tertentu—prosedur yang ia coba dan uji menyangkut kunjungan ke penjara efektif dan bermanfaat bagi para korban di seluruh dunia, termasuk sifat kerahasiaan laporannya. Ini juga merupakan pendapatnya yang tegas dan total berkaitan dengan tahanan di Irak.

Mengingatkan media tentang kondisi di zona perang dan keprihatinan kemanusiaan secara umum, seperti membentuk tanggung jawab untuk memusnahkan persenjataan yang belum meledak, sangat penting untuk operasional ICRC. Padahal negara tidak memiliki kepentingan strategis yang dipertaruhkan yang jelas didefinisikan atau dikenali, hanya dengan memobilisasi opini publik pemerintah dapat dibujuk untuk bertindak. Ada media yang memainkan peran yang menentukan. Selain itu, siapa saja yang mengikuti pernyataan publik ICRC tentang isu-isu sensitif pada paruh pertama tahun 2004 akan tahu bahwa ICRC masih tampak kurang diam di depan umum dibandingkan dengan apa yang tersirat dalam sindiran atau tuduhan.

Dasar pertimbangan yang cermat

Mungkin terpikir bahwa tidak ada masalah yang melekat pada prinsip menahan diri dalam membuat pernyataan dan seruan publik. Berikut beberapa pertanyaan tersisa yang tidak ingin saya hindari. Bukankah menahan diri dalam mempubikasikan kecaman terhadap pelanggaran serius dan membuat tuduhan pada akhirnya cenderung mendukung para pelaku? Kadang-kadang bahkan ada pembicaraan mengenai keterlibatan dengan penindas. Tidakkah perbaikan yang bertahan lebih lama dan luas terhadap penduduk yang menderita yang masih dalam kondisi hidup dicapai dengan pernyataan publik atau kecaman dan aksi yang dipicunya dibandingkan dengan sikap diam di depan publik untuk memfasilitasi pemberian bantuan kemanusiaan? Terutama, seberapa pastinya pendekatan yang lebih berani dan lebih menantang di depan publik akan membuat ICRC ditendang keluar dari sebuah Negara tempat ia melakukan kegiatan kemanusiaan?

Tidak pasti bahwa ICRC akan dipaksa untuk keluar, dan bagaimanapun juga setiap daerah konflik harus dinilai secara individual. Namun kemungkinan kerja kemanusiaan dihalangi adalah alas an yang kuat untuk menghadirkan sebuah gagasan yang jelas tentang konsekuensi yang mungkin muncul sebelum tampil ke depan publik. Selalu akan, bagaimanapun, ada situasi di mana tidak ada alternatif lain selain berbicara dengan berani. Mengingat konsekuensi potensialnya, maka itu adalah salah satu keputusan terberat yang harus diambil.

Sebuah kecaman publik skala besar dapat membentuk perkembangan yang lebih menguntungkan dalam jangka panjang daripada bantuan kemanusiaan dalam lingkungan sosio-politik yang tidak menguntungkan dan tidak berubah. Meski saya tidak percaya bahwa bantuan kemanusiaan akan memperpanjang perang, ia mungkin secara tidak langsung dapat menunda munculnya perdamaian dan reformasi jika ia mencegah jenis keburukan yang drastis yang akan mendorong masyarakat internasional atau pasukan dalam negeri sendiri untuk mengambil tindakan tegas. Namun demikian, saya memiliki keraguan yang besar bahwa kecaman akan menimbulkan respon seperti ini. Kemungkinan besar hal ini sedikit atau sama sekali tak berdampak membuat banyak orang tiba-tiba kehilangan bantuan dari organisasi kemanusiaan

Prioritas mutlak dalam mempertahankan akses menuju korban diakui dapat memiliki efek samping yaitu meninggalkan citra publik internasional yang kurang negatif pada prajurit perang suatu negara atau penindas dari yang semestinya mereka dapatkan. Tapi ini bukan sebuah dilema karena tampaknya: ada banyak organisasi saat ini yang berkonsentrasi pada kecaman publik atas pelanggaran dan, karena mereka tidak terlibat dalam kegiatan kemanusiaan di negara yang bersangkutan, mereka tidak perlu khawatir diusir. Organisasi-organisasi advokasi memainkan bagian yang sangat penting. Karena tidak ada kekurangan dari mereka, tidak perlu bagi ICRC untuk menetapkan prioritas baru.

Demikianlah sifat pekerjaan ICRC bahwa situasi dimana ia berbicara atau tetap diam selalu menjadi hal luar biasa. Dalam lingkungan konflik yang emosional dan irasional, setiap kata, tergantung pada pihak dan sudut pandang, memiliki makna dan pengaruhnya tersendiri. Untuk sebuah organisasi seperti ICRC, adalah penting untuk menjadi sangat sensitif terhadap kata-kata dan pengaruhnya, ditentukan oleh asosiasi hubungan masa lalu dan sekarang yang tidak selalu tampak jelas. Dalam situasi konflik, makna dan dampak dari kata-kata benar-benar membuat diri mereka merasakan sesuatu.

Tidak ada resep universal yang berlaku mengenai kapan waktu yang tepat untuk berbicara secara terbuka atau tetap diam. Setiap kali, sebelum memutuskan, situasi yang sebenarnya harus dipertimbangkan dengan cermat. ICRC tentu tak ada alasan untuk meremehkan pentingnya komunikasi publik. Meskipun ia tidak bisa, karena berbagai alasan di atas, menyerah pada keinginan saat ini atas keputusan cepat dan kecaman yang luas, ia harus dan akan memanfaatkan arena publik untuk menceritakan penderitaan orang di berbagai belahan dunia, menjelaskan situasi konflik yang rumit dan tidak jelas dan mendukung keprihatinan kemanusiaan yang mendasar. Meskipun menyadari bahwa kecaman instan sangat diminati banyak orang, kita harus mengikuti arah yang tak dipengaruhi.

Konsistensi dan prediktabilitas

Mengingat konsekuensi serius yang mungkin ia peroleh, keputusan untuk berbicara secara terbuka atau tetap diam sangat sulit dalam sebuah organisasi seperti ICRC. Ia tidak pernah boleh melupakan amanat dasarnya, apapun itu karena tekanan publik atau opini lainnya. Ia harus, bagaimanapun, memiliki ketajaman rasa kapan harus berkata lantang. Apakah ia punya ketajaman rasa tentang waktu yang tepat pada akhirnya ditunjukkan oleh apakah tampil ke depan publik akan memperbaiki situasi dari orang-orang yang berusaha mencari perlindungan. Hal ini tidak mudah untuk dinilai. Dampak dari pernyataan publik pada situasi tertentu mungkin relatif mudah untuk dinilai—tapi tidak
benar bagi wilayah lain di mana ia bekerja. Dalam kasus organisasi seperti ICRC, efek dari komentar publik harus dinilai dari perspektif global. Sebuah organisasi yang delegasinya mengunjungi 470.000 tahanan di lebih dari 1.900 tempat-tempat penahanan di 80 negara tahun lalu,22 harus mempertimbangkan apa maksud kecaman publik tentang kondisi penjara di negara A perihal aksesnya ke penjara-penjara di negara B dan C.

Terkadang orang-orang muncul dengan "alternatif" menyesatkan, seperti "kehati-hatian atau efisiensi". Namun tujuan dari kehati-hatian adalah untuk meningkatkan efisiensi kegiatan kemanusiaan— dengan ambisi dunia dan bukan hanya lokal. Jika gagal melakukannya, maka perlu benar-benar ditinjau.
Saya menghargai konsistensi dalam pernyataan publik ICRC. Jika keputusan untuk tampil ke depan public harus diambil di satu tempat, langkah yang sama harus diambil dalam kondisi yang sebanding di tempat lain, sekalipun konsekuensi untuk kegiatan organisasi berbeda. Konsistensi dan prediktabilitas adalah asset berharga. Konsisten dalam memberi komentar publik dan bersikap diam di depan publik adalah prasyarat mendasar bagi kredibilitas ICRC.

Posted in , , , | Leave a comment

Bicara atau Tetap Diam Dalam Aksi Kemanusiaan - Bagian II



JAKOB KELLENBERGER
(Presiden Komite Palang Merah Internasional) 



Devaluasi hukum humaniter internasional
Mengingat pengamatan dan perkembangan yang diantisipasi ini, tidak mungkin bahwa kepentingan pihak non-negara yang terlibat konflik akan berkurang di masa mendatang. Karena
globalisasi dan deregulasi yang menyertainya telah memperluas tingkatan dan kapasitas aksi protagonist non-negara, juga mungkin bahwa fenomena yang diamati sehubungan dengan apa yang disebut konflik "baru" akan segera berakhir. Saya minta untuk memperhatikan devaluasi luas dari aturan perang hukum internasional dan mutlak kurangnya pengendalian terhadap banyak pihak yang terlibat konflik, terutama berkaitan dengan penduduk sipil, yang lebih banyak dan lebih sering menjadi target nyata. Dalam berbagai tempat salah satu pilar hukum humaniter internasional, yaitu perbedaan antara gerilyawan dan warga sipil, telah lenyap. Pengabaian yang total terhadap hukum ini oleh beberapa kelompok bersenjata non-pemerintah dan upaya untuk memenuhi syarat beberapa aturan dalam konteks memerangi terorisme merupakan tantangan baru bagi ICRC. Ia dihadapkan dengan macam-macm pihak yang berperang dan bentuk-bentuk baru dari perang.

Ini adalah gambaran situasi bahwa ICRC saat ini menjalankan sebagian besar tugasnya. Di banyak tempat ia tidak bisa lagi mengandalkan keinginan tingkat tingginya untuk mematuhi aturan-aturan hukum humaniter internasional, atau beranggapan bahwa organisasi dan prinsip kerjanya akan dikenal dan dihormati. Di banyak daerah konflik, kita akan keliru bila menganggap bahwa kita bisa mengandalkan rasa dipercaya sebelum kebebasan, imparsialitas, dan netralitas kita. Sering sekali, kepercayaan dalam prinsip-prinsip ICRC ini pertama akan dimenangkan melalui perilaku yang konsisten dan dengan demikian dapat diprediksi, serta melalui penjelasan tanpa lelah atas apa yang kita lakukan. Pengamatan ini juga relevan di sini.

Dasar hukum ICRC yang berbeda

Kenyataan bahwa konflik internal sekarang adalah aturan belum memiliki konsekuensi lain. Dasar hukum kegiatan ICRC dalam hukum humaniter internasional membawa beban yang jauh lebih besar dalam konflik antara negara-negara dibandingkan pada konflik internal, di mana kekhawatiran terhadap kedaulatan sangat kuat. Negara yang telah meratifikasi instrumen hukum yang relevan diwajibkan dalam konflik internasional untuk memungkinkan kunjungan ICRC kepada orang yang ditahan sehubungan dengan konflik, seperti tawanan perang atau tawanan sipil di Iraq.8 Kewajiban hukum yang sama tidak berlaku dalam konflik bersenjata internal, seperti di Sudan. Dalam kasus tersebut, perlu untuk menegosiasikan kesepakatan yang biasanya bersifat sementara dan dapat dihentikan. Negara-negara akan menyetujui perjanjian ini dan perjanjian lainnya hanya jika mereka yakin bahwa ICRC tidak akan mempublikasikan informasi yang ia peroleh dalam perjalanan kegiatan kemanusiaannya atau permintaannya yang berikutnya tetapi hanya akan membahas masalah kepercayaan dengan pihak yang berwenang. Dengan demikian, memungkinkan sebuah organisasi mengunjungi tahanan secara teratur dan berbicara dengan mereka secara pribadi bukanlah pembatasan kedaulatan suatu negara.




Menangani Pengetahuan

Mengingat lingkungan di mana ia bekerja dan bagaimana cara ia beroperasi, maka bisa dikatakan ICRC tahu banyak hal. Ia memperoleh pengetahuan ini terutama melalui kegiatan kemanusiaan dan menggunakannya secara eksklusif untuk kegiatan itu. Karena pengetahuan ini seringkali sensitif, halus secara politik dan bisa digunakan untuk berbagai tujuan, ada risiko serius dari kata-kata yang tidak bijaksana yang akan membawa masalah pada organisasi dalam polemik politik. Posisi internasional yang dinikmati ICRC dan penggunaannya yang hati-hati membuat seruan dan pernyataan publik memberinya pengaruh besar. Fakta bahwa ia menahan diri dari aksi membuat pernyataan dan seruan publik, bahkan di mana ada contoh pernyataan yang telah dibuat dalam keadaan sebanding tetapi di tempat yang berbeda, tidak luput dari perhatian.
Untuk alasan ini, apakah akan berbicara secara terbuka atau tetap memilih diam dalam pekerjaan kemanusiaannya merupakan masalah besar bagi ICRC. Pentingnya berbicara atau, lebih penting lagi, mengeluarkan pernyataan publik, kadang-kadang dikatakan berlebihan, kadang-kadang diremehkan. Jaman di mana kita hidup banyak bicara seperti itu, cepat memberikan penilaian dan selalu siap untuk mengekspresikan pendapat—cenderung melebih-lebihkan dampak dari berbicara.

Ketegangan antara tindakan dan kesaksian

Posisi ICRC yang berkenaan dengan pernyataan dan seruan publik sering kali menjadi kontroversial dan kadang-kadang menimbulkan perdebatan sengit. Contoh paling terkenal terjadi pada musim gugur tahun 1942 ketika ICRC menahan diri membuat seruan publik untuk melindungi penduduk sipil. ICRC mendapat kecaman keras untuk ini, terutama oleh organisasi-organisasi Yahudi. Orang-orang yang mengecam tersebut sedikit membuatnya khawatir saat itu bahwa seruannya dapat menyebabkan hilangnya akses ke dua juta tawanan perang Sekutu yang pada akhirnya mendapat bantuan ICRC. Para pengecam itu juga tidak memberi banyak keraguan, yang berperan dalam keputusannya, bahwa seruan tersebut akan memperbaiki dengan cara apapun keadaan penduduk sipil dan terutama penghuni kampkamp konsentrasi. Pada tahun 1988, mengomentari buku Jean Claude Favez ', ICRC menegaskan keraguan bahwa seruan tersebut efektif.

Beberapa pengomentar, menyadari ketegangan antara tekad untuk bertindak dengan cara kemanusiaan dan keinginan untuk bersaksi di depan umum, melihat sikap diam ICRC pada waktu itu sebagai titik balik dalam sejarah organisasi: “Pour préserver cette activité d’assistance, la Croix-Rouge prend la désastreuse décision de ne pas témoigner de ce qu’elle sait sur les camps d’extermination”.
Namun dalam menghadapi dilema perhatian yang jauh lebih sedikit ditampilkan dalam menilai pertanyaan tentang apa selain mengambil sikap moral yang diakui penting yang dapat diharapkan dari seruan publik dalam keadaan tertentu dan dalam mempertimbangkan apa efek yang akan terjadi terhadap kegiatan kemanusiaan yang ada.

Isu penting untuk disadari sekarang maupun di masa depan, terutama untuk sebuah organisasi kemanusiaan dalam posisi ICRC, adalah bahwa keputusan mengenai apakah akan berbicara atau tetap diam dapat memiliki konsekuensi yang jauh di luar jangkauan, tidak hanya dalam hal apakah ICRC dapat meneruskan kegiatan kemanusiaan, tetapi juga citranya dan dampak dari citra tersebut. Untuk kelompok tertentu, keputusan-keputusan itu jauh lebih mempengaruhi dari sebuah organisasi kemanusiaan.

Menahan diri dalam membuat pernyataan publik

Ketika berkenaan dengan pernyataan publik, ICRC terus dianggap terkesan hati-hati atau setidaknya agak diam, karena memang ia dibandingkan dengan organisasi lain. Namun, perbandingan dapat menyesatkan, mengingat tugas dan kegiatan yang berbeda dari organisasi yang berbeda. Persepsi ICRC ini mungkin mengejutkan mengingat, misalnya, banyak pernyataan dan seruan publik yang dibuat oleh organisasi tersebut selama perang Balkan. Masyarakat dibuat tidak ragu tentang apa yang sedang terjadi, seperti yang akan ditunjukkan dua contoh berikut.
Dalam sebuah seruan publik kepada pihak yang bertikai di Bosnia-Herzegovina pada bulan Agustus 1992, ICRC mengecam perlakuan tidak manusiawi dan penahanan warga sipil tak berdosa dan meminta para pihak untuk mengambil serangkaian langkah-langkah, dan khususnya untuk mematuhi ketentuan Konvensi Jenewa Ketiga dan Keempat.13 Gambaran keputus asa-an penduduk sipil juga merupakan titik fokus dari seruan kepada pihak yang berperang pada bulan Juni 1995 untuk mencapai konsensus kemanusiaan dengan mengambil langkah-langkah individual yang konkret, seperti membantu membangun kembali pasokan air di Sarajevo dan daerah sekitarnya.

Contoh kedua adalah pernyataan publik ICRC terhadap krisis Kosovo pada bulan September 1998,14 di mana ia menarik perhatian dengan situasi kritis penduduk sipil dan menekankan bahwa tanggung jawab untuk menjamin keselamatan dan penghormatan terhadap penduduk sipil ada di tangan pemerintah Serbia. Hal ini mendesak perwakilan Albania dan UCK untuk melakukan upaya terbaik mereka untuk menghentikan pembunuhan.
Mengapa menyebutkan contoh-contoh tertentu ini? Karena contoh-contoh itu menunjukkan bahwa ICRC tidak menahan diri agar tidak memberi komentar publik, tetapi menghindari kecaman yang berat sebelah atau setidaknya yang terlalu eksplisit terhadap masing-masing pihak yang terlibat konflik.

Meskipun pendekatan ini kadang-kadang dikritik, jelas mencerminkan perhatian utama ICRC bahwa kemungkinan untuk memberikan bantuan kemanusiaan tidak boleh terancam oleh deklarasi publik. Meskipun saya tidak mengatakan bahwa mereka berkewajiban memiliki efek tersebut, kemungkinannya saja sudah cukup membuat tindakan dilakukan dengan hati-hati.
Secara umum, penting bahwa ICRC harus memainkan perannya dalam menyediakan informasi publik mengenai penderitaan penduduk di zona perang dan kompleksitas konflik saat ini. Ada banyak ruang untuk memberikan informasi tanpa melanggar kerahasiaan yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan ICRC dan tanpa terburu-buru untuk memberikan penilaian.

Posted in , , , , , | 1 Comment