KONSEP KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI PMI

DM Edi Supriyanto, SPd.


Palang Merah Indonesia (PMI) dengan segala kelebihan dan kekurangannya, adalah sebuah organisasi kemanusiaan yang telah teruji kapasitasnya dalam pelayanan dan pengabdiannya kepada masyarakat. Sejarah talah mencatat, keberhasilan PMI dalam menjalankan tugas dan mandatnya semata-mata karena adanya 3 (tiga) unsur yang sejak awal berdirinya hingga kini tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Ketiga unsur tersebut adalah : Pengurus,  Staf dan  Relawan. Untuk menjadikan organisasi PMI di masa depan lebih baik dan lebih maju, ketiga unsur penentu roda organisasi PMI ini harus jelas memahami tugas dan fungsinya masing-masing.
Lambang PMI

Pengurus
Sebagai unsur penentu dan pembuat kebijakan, seluruh Pengurus PMI sangat diharapkan paham benar dengan organisasi yang diurusnya, bukan semata-mata hanya berbekal status birokrat semata. Saat ini tidak sedikit pengurus PMI yang ada diambil dari unsur birokrat baik di level PMI PUSAT, DAERAH dan PMI CABANG. Kalau dilihat dari pemanfaatan akses masuk ke dalam birokrasi tentu hal ini sangat mendukung. Dan adanya birokrat di tubuh pengurus-pun tidak salah dan tidak ada yang menyalahkan. Namun akan menjadi kendala jika pengurus (birokrat, red) yang ada hanya alasan birokrat semata bukan pada komitment dan pengetahuan serta pemahaman birokrat tersebut terhadap organisasi PMI.

    Karena 3 (tiga) unsur yang membesarkan dan menghidupkan roda organisasi PMI adalah seperti yang disebutkan di atas, tentunya Pengurus-pun wajib paham benar siapa dan bagaimana Staf dan Relawan PMI. Sebagai pengurus, ia harus paham bagaimana memberikan yang terbaik bagi staf yang telah memberikan segala tenaga dan fikiran terbaiknya buat organisasi.
Sebagai pengurus harus paham pula cara mengelola serta membangun komunikasi dan kedekatan dengan relawan PMI yang merupakan kekuatan utama bagi kelangsungan hidup organisasi PMI. Pengurus harus senantiasa mau tahu dan memposisikan dirinya sebagai kawan seperjalanan dengan relawan sehingga setiap saat ia akan mampu merespon keinginan dan kebutuhan relawan.

Staf
Sebagai sebuah organisasi kemanusiaan yang profesional dan telah memiliki jaringan internasional, tentu keberadaan staf yang berdedikasi dan profesional sangat diharapkan keberadaannya. Namun dalam perjalanannya keberadaan staf yang profesional tidaklah cukup. Kondisi ini harus ditambah dengan pemahaman cukup akan integritas hubungan Pengurus, staf dan relawan. Jadi diharapkan di dalam tubuh PMI tidak akan ditemukan staf yang tidak paham fungsi dan hubungan yang ada antara pengurus, staf dan relawan.
Dengan memahami fungsi dan tugasnya masing-masing, tentu hal ini akan mampu memperjelas pemahaman hak dan kewajiban antara pengurus, staf dan relawan.
    
Relawan
Sebelum kita mengulas lebih jauh tentang siapa dan bagaimana relawan, ada baiknya kita mencoba memahami istilah-istilah yang terkait dengan dunia kerelawanan, sebagai berikut :
  1. Volunteerism adalah jiwa kerelawanan yang harus dimiliki oleh seluruh unsur pelaku organisasi PMI baik pengurus,staff dan relawan.
  2. Voluntering adalah usaha kerelawanan yang harus dilaksanakan oleh seluruh unsur PMI baik pengurus, staff dan relawan.
  3. Volunteer adalah seseorang atau sekelompok orang yang dengan sukarela mengabdikan dirinya pada suatu organisasi tertentu dimana dalam pelaksanaan tugasnya ia atau mereka tidak menuntut suatu imbalan apapun.
    Dengan memahami istilah-istilah tersebut di atas para relawan diharapkan mampu mengabdikan dirinya dengan penuh iklas dan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kerelawanan dan secara iklas serta bertanggung jawab mau terjun ke segala aktifitas kerelawanan yang di adakan oleh PMI khususnya.
Setelah memahami dengan baik dan benar fungsi dan tugas masing-masing baik pengurus, staff dan relawan, hal terpenting yang harus tetap selalu dijaga oleh ketiga unsur ini adalah kemauan untuk saling berkomunikasi. Kenapa komunikasi ?
    
Sebagai organisasi dengan jejaring nasional dan internasional,  dalam mengelola manajemen organisainya PMI akan sering menemukan konsep berfikir yang berbeda dari berbagai unsur, baik pengurus, staf maupun dari relawan, mengingat relawan juga memiliki hak dalam pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan organisasi PMI. Mungkin untuk sebagian orang atau organisasi, perbedaan adalah hambatan dan rintangan dalam menjalankan roda organisasi, namun tidak demikian bagi organisasi sebesar PMI. Dengan konsep berorganisasi masa depan, dimana kemauan membuka pintu komunikasi sebesar-besarnya (dari seluruh unsur PMI baik pengurus, staf dan relawan) adalah solusi seluruh permasalahan.
    
Dengan didasari nilai-nilai persaudaraan dan persahabatan           ( siamo Tutty Fratelly ) ke depan organisasi PMI khususnya PMI Daerah Bali dan cabang-cabangnya akan menjadi leader yang sebenarnya dalam menjalankan roda organisasi PMI karena sistem pengelolaan manajemen relawan yang benar-benar solid dan kuat.
Untuk menuju konsep berorganisasi masa depan ini, harus dimulai dari diri sendiri bagi seluruh pelaku organisasi PMI baik pengurus, staf dan relawan. Tidak ada perbedaan seindah perdebatan ilmiah (dewasa, cerdas dan memberi solusi). 
Sumber: Voltage, 18 januari 2012 oleh penulis sama.

This entry was posted in ,,,,,. Bookmark the permalink.

Leave a Reply