Kedatangan Relawan PMI dari berbagai wilayah/ komponen masyarakat |
Disusun oleh : Nova Wijaya, Relawan PMI Kab. Bojonegoro
27 Mei 2006, gempa bumi berkekuatan 5,9 SR terjadi di Yogya pk 05.55 WIB selama 57 detik. USGS mencatat kekuatan sebesar 6,2 SR. BMKG mencatat,gempa susulan terjadi beberapa kali, pukul 06:10 WIB, 08:15 WIB dan 11:22 WIB. Banyak sarana publik,perkantoran,dan rumah warga yang rubuh. Akses transportasi, listrik, dan komunikasi terputus. Bandara Adi Sutjipto ditutup karen gangguan komunikasi dan kerusakan landasan pacu. Sehingga untuk sementara transportasi udara dialihkan ke Bandara Achmad Yani Semarang dan Bandara Adisumarmo Solo.
PMI memberikan respon cepat melalui PMI kota/kabupaten terdekat dengan lokasi terdampak gempa. Salah satunya dengan mendirikan Rumah Sakit Lapangan di Lapangan Dwi Windu di Bantul. PMI juga mengirimkan sebanyak 2.500 kantung darah untuk bantuan kebutuhan darah para korban luka Rumah Sakit Lapangan Dwi Windu, Bantul awalnya adalah Pos Darurat Kesehatan di dekat PMI Bantul. Karena kebutuhan cukup tinggi, lalu dikembangkan PMI menjadi Klinik Lapangan.
Klinik Lapangan dibangun di lapangan tenis Dwi Windu atas prakarsa 5 org dokter,1 perawat,dan 1 org personil Humas PMI. Kelima dokter PMI itu adalah : dr.Slamet (Bantul), dr.Agus Zuliyanto (Banyumas), dr.Esti Nigtyas (Banjarnegara), dr.Tri Wahyudi dan dr.Seno Suharyo (Surabaya). Dibantu oleh Sentot Sugiyarto (perawat) dan Wisnu Wardana (Humas) dari PMI Banjarnegara.
Cerita dr.Seno S: "Waktu itu banyak sekali korban luka. Dalam sehari kami membantu ratusan orang.Klinik Lapangan PMI didirikan dengan tenda darurat, perlengkapan dan obat-obat an dari hasil sumbangan dari apotek2 serta stok PMI Bantul.
Minggu I, bantuan tenaga medis datang dari Singapore Red Cross, mahasiswa keperawatan dan Univ. Muhammadiyah Malang. Tujuh orang mahasiswa Univ. Sanata Dharma Jogja juga menjadi relawan tenaga medis yang membawa bantuan obat-obatan untuk Klinik Lapangan PMI. Waktu itu,bantuan tenaga medis dan obat-obatan datang dari Fakultas Farmasi Univ.Sanatadharma.
Minggu I, bantuan tenaga medis datang dari Singapore Red Cross, mahasiswa keperawatan dan Univ. Muhammadiyah Malang. Tujuh orang mahasiswa Univ. Sanata Dharma Jogja juga menjadi relawan tenaga medis yang membawa bantuan obat-obatan untuk Klinik Lapangan PMI. Waktu itu,bantuan tenaga medis dan obat-obatan datang dari Fakultas Farmasi Univ.Sanatadharma.
Klinik Lapangan PMI ini kemudian berubah dan dikembangkan menjadi Rumah Sakit Lapangan PMI di Lapangan Dwi WIndu, Bantul. Dibuka selama 1,5 bulan selama respon darurat bencana. Selama operasionalnya, Rumah Sakit Lapangan PMI mendapat banyak bantuan tenaga medis dari PMI berbagai wilayah di luar Yogya. Bantuan ribuan kantong darah dikirimkan ke Yogya, Semarang, dan Solo. Karena RS di Yogya dan sekitarnya penuh akibat melonjaknya jumlah pasien korban gempa. Akhirnya pasien harus disebar ke Semarang atau Solo.
PMI mengirimkan 2.500 kantong darah untuk korban luka sesuai data kebutuhan yang diperoleh Unit Donor Darah PMI Pusat. Data kebutuhan darah: Yogya = 200 - 250 kantong darah/ hari, Bantul 30 - 50 kantong darah/ hari, Gunung Kidul 20-30kantong darah/ hari dan Klaten 30-50 kantong darah/hari.
Selain membantu korban luka akibat gempa, PMI juga membantu kebutuhan air bersih bagi para pengungsi. Bantuan logistik PMI berupa: family kit, hygiene kit, baby kit, makanan dan minuman juga didistribusikan para relawan PMI. Ratusan relawan PMI spesialis psikososial, membantu pemulihan trauma pasca bencana kepada warga dan anak-anak di Yogya.
Ini cerita ada yg bnr dan ada yg krg pas.
Sebaiknya tdk diambil secara utuh dr twitter tetapi alangkah baiknya jika dirangkai menjadi sebuah cerita berdasarkan atas cerita lgs dr para pelakunya yg tentunya sumber ceritanya tdk berasal dr 1 org saja tetapi dr byk org yg saat itu ada di tmpt kejadian dan memang bertugas disaat itu.
Shg akan ada cerita dr bagian logistik,DU,medis,sekretariat,dll.
Trm ksh dan demikian koreksi dr sy.
Terima kasih atas koreksinya. Ini tulisan perdana dan uji coba. Semoga akan banyak rekan dan pembaca yang berkenan mengoreksi, menambahkan dan/atau mengembangkannya jadi reportase yang menarik untuk diinformasikan sebagai bahan pembelajaran bersama.