Dalam
hukum causalitas kita
mengenal adanya sebab akibat. Artinya
segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini pastilah ada penyebabnya, baik itu
yang bersifat fisik maupun non-fisik. Contoh konkretnya adalah, ada bumi karena
diciptakan oleh Tuhan ( secara hukum keTuhanan), adanya Tuhan karena kemampuan
otak kita berfikir dan akhirnya mengakui keberadaan-Nya. ( sebuah dasar
pemikiran timbulnya KRITIKAN )
Okey,,,
kini kita memasuki dunia intelektual yang sarat dengan diskusi, opini, berfikir
dan yang terpenting adalah dunia yang dipenuhi dengan segala keanekaragaman
karakter dan kemampuan berargumentasi. Semua dinamika yang ada di dalam dunia intelektual tersebut akhirnya
bersetubuh dan akhirnya melahirkan anak yang namanya KRITIS.
KRITIS adalah sebuah kemampuan, kepekaan berfikir, mengkaji dan
akhirnya menyikapi sebuah kondisi baik itu berupa sikap, opini (pendapat )
maupun cara berfikir seseorang. Dan segala usaha yang dilakukan
oleh seseorang dengan maksud untuk menyikapi sistem kerja atau kinerja
seseorang baik disampaikan melalui sebuah opini ( tulisan berupa sindiran atau
langsung ), bantahan, argumentasi maupun aksi fiSIk disebut dengan mengKRITIK.
Nah,,,
disini akhirnya kita akan setuju bahwa sikap KRITIS yang dituangkan dalam sebuah KRITIKAN adalah salah satu contoh HUKUM CAUSALITAS. Suatu KRITIKAN
yang didasari dengan sikap KRITIS ( mempelajari dan mengkaji ) adalah sikap INTELEKTUAL, tetapi
apabila sikap KRITIS itu lahir
dari sebuah sikap EGOISME maka yang dilahirkan adalah sebuah KEBODOHAN.
Sebagai
seorang INTELEKTUAL, kita
tidak akan mampu lari dari dunia INTELEKTUAL itu sendiri yaitu sikap KRITIS (
embrio dari kritik mengkritik ). Kini pertanyaannya adalah apakah setiap saat
kita harus KRITIS ? jawabannya
adalah YA ! tapi tidak
semua harus dituangkan dalam sebuah KRITIKAN. KRITIKAN akan lahir apabila telah terjadi persetubuhan antara ILMU, LOGIKA DAN KAJIAN yang
senantiasa diselimuti oleh TANGGUNG
JAWAB INTELEKTUAL.
TANGGUNG
JAWAB INTELEKTUAL adalah dasar dari sikap INTELEKTUAL , bagaimana sikap atau karakter
seorang intelek ketika MENGKRITIK ? jawabnya adalah TANGGUNG JAWAB. TANGGUNG JAWAB kepada ILMU, LOGIKA dan terlebih dahulu dilalui
dengan sebuah KAJIAN. Begitu juga dengan yang diKRITIK, bagaimana sikap
seorang intelek ketika diKRITIK ? jawabnya adalah TANGGUNG JAWAB. ARTINYA tanggung jawab secara keILMUAN, logika dan
kajian.
Jadi,,,,,,,,,,,KESIMPULANNYA adalah ; tidak ada yang SALAH dengan KRITIKAN dan
KEKRITISAN.
KRITIKAN ,,,??? SIAPA TAKUT !!!. yang
terpenting adalah seorang intelektual ketika akan MENGKRITIK atau sedang
DIKRITIK haruslah TANGGUNG JAWAB, ini artinya tidaklah sebuah KRITIKAN namanya
jika tidak didasari dengan ILMU, LOGIKA DAN KAJIAN.
didedikasikan untuk RELAWAN PMI oleh DM Edi S (Bali, 31/5/5)