Perjalanan Team Kampoeng Relawan Menuju Selorejo Ngantang Malang.

Basecamp Kampoeng Relawan yang Kami Tuju

Memulai pemberangkatan dari rumah pak Itong dengan berbagai perlengkapan kedai dan alat masak, saya, Eko Setyo P, Lala dan Pak Itong sendiri ditambah dua orang kru truk meluncur tepat jam 21 lebih lima belas menit pas malam sabtu. Perjalanan melewati daerah pesisir selatan pulau Jawa mulai dari arah Kutowinangun belok ke Selatan hingga meluncur sampai di Kabupaten Bantul. Kenikmatan tersendiri menaiki truk yakni saat jalan berlubang ditrabas begitu saja, hingga menyebabkan perut serasa digoyang habis lantaran mumbul-mumbul tak karuan.

Untung saja ada CPU di belakang saya yang bisa digunakan untuk penahan alias tempat bersandar, lumayan jadinya nggak terlalu sakit deh rasanya ini badan. Berhenti sejenak di POM Bensin Srandakan guna mengisi BBM (alhamdulillah waktu itu belum naik karena jam 12 kurang 5 menit), dan kumanfaatkan pipis dulu. Sempat kaget lantaran supir truk yang membawa kendaraan ini menabrak tiang informasi di sisi belakang SPBU untungnya nggak sampai roboh.

Lanjut deh setelah usai penuh itu tangki BBM truk, pak Itong langsung memanggil saya yang posisi baru keluar dari kamar mandi. Bergerak cepat layaknya diburu para gadis-gadis, kaos kaki dan sepatu boot pun langsung terpasang di kaki yang berukuran sepatu 42 ini. Berlari kecil sambil meloncat ke belakang truk, saya ini pun langsung jagongan lagi sambil melirik ke atas langit sembari menikmati indahnya cahaya malam. Perlahan tapi pasti kami sampai di markas PMI Bantul dan sudah dihadang oleh Mbah Bambang Puspo beserta Pak Seto Handoko dan kawan-kawan.

Turun dari truk dan bersalam-salaman dengan kawan-kawan yang menyambut, kami pun tanpa dikomando langsung menaikkan berbagai kebutuhan barang yang akan digunakan untuk kedai Kampung Relawan termasuk dua buah sepeda yang siap disewakan bagi para kontingen TKN 2013. Sopir truk yang merasa lelah eh lapar ya, langsung dipersilahkan makan di warung yang ada depan Markas PMI Bantul. Usai ngobrol-ngobrol dan ngopi dengan istilah join (satu cangkir gelas untuk bersama-sama), kami pun mulai meluncur kembali ke arah Selorejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang tepat jam 01.00 wib (22 Juni 2013).

Saat truk melaju dengan posisi personel di depan dua orang awak truk bersama pak Itong, dan kami bertiga di bak truk yakni Firman, Eko Setyo P dan saya sendiri. Sementara mas Eko Legok yang nampak sudah bersemangat tak kira berangkat bareng, ternyata hanya mengantar dan menyambut kami saja. Entah beliau mau mangkat kapan ke Selorejone. Terkait kendaraan Avanza pak Seto Handoko, diawaki oleh Bambang Widodo, Rere Edane, dan Lala Shunshine.

Melewati jalanan yang halus sepanjang markas PMI Bantul hingga daerah Sragen, terpal yang sudah kendur talinya terlambai-lambai hingga robek sepanjang satu setengah meter di atasnya. Membuat kami bisa leluasa mrobol untuk melihat keadaan sekitar, dan tampaknya truk ini tak beriringan dengan Avanza milik Pak Seto Handoko. Kontan saja merasa kaget saat melewati Kabupaten Sragen, truk yang kami tumpangi melewati pos penjagaan polisi yang berada di tengah kota (dua ratus meter dari pasar bunder). Polisi yang masih bersiaga tersebut pun menghentikan laju truk dengan penuh semangatnya (berharap dapat rejeki, hahaha).

Usai rembug pikir selama kurang lebih sepuluh menit ya hampir lima belas menitan sih, urusan pun beres dan entah mereka minta fulus berapa aku nggak tahu karena saat mendekati pos penjagaan komunikasi sudah usai. Dengan PD nya berjaket hitam dan memakai sepatu boot, aku pun turut menyalami polisi yang berjaga saat itu. Polisi yang masih muda sih berwajah jawa (sambil baca koran) duduk di teras pos, sementara yang memakai rompi dan ngobrol ngalor ngidul dengan pak Itong nampak wajah batak (kayane sih hahaha...).

Perkara selesai hingga akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke arah Selorejo tentunya melewati arah Ngawi - Madiun dan Nganjuk sembari berharap semoga itu polisi tidak berubah pikiran hahaha.  Kami menempati posisi masing-masing dan tentu saja saya bertiga duduk di bak truk sembari melanjutkan tidur yang tertunda. Pulasnya istirahat di pagi hari ini hingga tak sadar sudah sampai di daerah Nganjuk, dan truk berhenti di sebuah rumah makan yang tak jauh dari rel kereta.

Saat turun dari truk rupanya Lala yang ikut mobil avanza pak Seto sudah terlebih dahulu mendarat di rumah makan tersebut, dan ternyata sudah menyantap segelas kopi beserta menu sarapan pagi. Kami berenam yang notabene baru turun dari truk, langsung cuci muka untuk menyegarkan diri plus memesan kopi dan sarapan guna menambah energi. Berbagai menu khas seperti soto ayam, sego pecel madiun dan nasi goreng yang menjadi menu favorit, langsung kami santap hingga habis begitu menu tersebut hadir di meja hidangan.

Sembari ngobrol ngalor ngidul ini tak sadar habis sudah kopinya, dan menunjuk ke arah jam dinding yang ada di tangan eh sudah siang rupanya. Langsung saja kami cabut menuju kendaraan masing-masing, pak Itong beserta kru truk dan Eko Setyo P langsung menuju truk yang membawa muatan kedai Kawan. Sementara aku dan Firman ikut ke avanza milik pak Seto, jadinya kita berenam deh yang ada di Avanza ini. Eko yang melihat kami dalam avanza dengan santainya bilang "oh ya wislah aku tek neng truk ae", kira-kira begitulah.

Berpencar tentunya dari sini karena avanza dan truk nyatanya memang tidak bisa berjalan berdampingan, toh kami berbeda keturunan (avanza keturunan ramping dan truk bermuatan besar). Mengandalkan GPS milik firman yang dalam perjalanan sering mengalami buffering, eh karena faktor sinual ternyata yang menyebabkan tak berfungsi dengan baik. Akhirnya kita mengandalkan opsi lain yakni lihat papan petunjuk arah dan takon ke orang di pinggir jalan.

Perlahan dengan kecepatan rata-rata 60km/jam, roda empat kami melewati Polres Nganjuk dan Alun-alun Nganjuk yang terkenal itu. Sebuah lokasi yang juga dipopulerkan oleh sebuah lagu, pak Seto yang juga nyambar dengan sebutan Solo yang juga terkenal stasiunnya Solo Balapan. Saat di Alun-alun Nganjuk ini saya sebenarnya ingin menginjakkan kaki untuk berfoto sejenak, dan karena perjalanan terus melaju saya pun tak sempat berfose.

Berpacu melewati arah Kediri tentunya dengan kota yang terkenal yakni Pare, sempat terjadi permusyawaratan antara melewati Kertosono atau lewat Kota Kediri. Dengan suara terbanyak dan sopir yang manut penumpang, akhirnya kami lewat Kota Kediri hingga sempat nyasar juga sih karena kendaraan yang harusnya berpacu arah Kota Kediri eh nyasar ke arah Brantas - Surabaya. Berputar arah deh kami harus balik lagi setelah bertanya dari 

. Bookmark the permalink.

Leave a Reply