Tri Sugiarto
Oleh : Tri Sugiarto (Relawan PMI Semarang)
Kata relawan dan kiprah kegiatan sejatinya sudah biasa
menghiasi telinga kita. Ini ditandai dengan pemberitaan besar-besaran tentang
relawan saat bencana tsunami Aceh 2006 lalu. Alhasil saat ini setiap kali ada
bencana maka disitu ada banyak relawan yang dengan gigih membantu para korban.
Mulai dari evakuasi, distribusi bantuan, pelayanan kesehatan sampai kepada
penyediaan rumah tinggal untuk para korban bencana.
Dari kebiasaan tersebut menjadi sebuah pengertian yang
tidak tertulis bahwa arti dan fungsi menjadi seorang relawan adalah menjadi
tenaga sukarela yang terjun dan siap membantu para korban saat bencana melanda.
Dan disaat-saat seperti itulah kita dan mayoritas orang akan terpanggil jiwanya
untuk menjadi seorang relawan.
Lantas pertanyaannya, apakah setelah bencana selesai
tanggap darurat atau selesai masa recovery , tugas menjadi seorang relawan terhenti? Atau
pengakuan bahwa kita menjadi seorang relawan yang gagah dan peduli juga sudah
selesai?
Tentu “tidak”. Kita sepakat akan jawaban itu.
Terus apa yang akan kita lakukan setelah para korban
kembali menjalani aktivitas harian seperti biasa saat sebelum terjadi bencana.
Apakah kita hanya mengunggu dan “berharap” ada tugas baru lagi karena ada
bencana ditempat lain?
Sekali lagi kita akan sepakat bilang TIDAK.
Ya, menjadi seorang relawan tidak pernah berhenti untuk
peduli, berhenti dari rasa keterpanggilan, berhenti dari rasa ingin berbuat dan
berhenti dari tugas-tugas kemanusiaan. Seorang relawan akan selalu peka
terhadap keadaan dan mencari cara agar dia selalu bisa berbuat untuk
memperbaiki sesuatu hal.
Tugas dan peran penting seorang relawan tidak hanya
dibutuhkan pada saat terjadi bencana. Seorang relawan selalu mewajibka dan
membiasakan dirinya untuk selalu bisa berbuat demi sebuah kebaikan. Dia tidak
pernah terpaku pada kebiasaan orang lain yang selalu menyerah terhadap keadaan
dan pasrah mengikuti arus, karena itu bertentangan dengan hati.
Foto asli : http://www.rpmi107.com/ |
Banyak hal yang bisa dilakukan oleh orang yang mengaku
dirinya menjadi seorang relawan. Dan menjadi kebiasaan dalam hidupnya,
dengan ada dan tidaknya bencana atau dengan ada dan tidaknya masalah
kesenjangan yang ada, relawan selalu mengisi hari-harinya dengan kebaikan.
Mulai dari mencegah sesuatu agar tidak berdampak kepada sebuah keburukan bagi
kehidupan. Seperti terbiasa menghemat air, mematikan lampu listrik, membuang
sampah pada tempatnya, mematuhi peraturan lalu lintas dan lainnya.
Dalam kerja-kerja kerelawanan lain yang lebih besar dan
lebih panjang jangka waktu manfaatnya. Kegiatan relawan bisa dilakukan
bersama-sama seperti membersihkan lingkungan rumah, membersihkan bantaran kali,
membuat lubang biopori (penyerapan air), menanam pohon, mengajar baca tulis
bagi anak marginal, mengajar baca bagi ibu-ibu, memberikan penyuluhan
kesehatan, membuat peta mitigasi (pencegahan) bencana, memberikan training
penanggulangan bencana, memberikan training kesiapsiagaan bencana dan masih
banyak lagi kegiatan atau pekerjaan bernilai social dan bisa memberi dampak
yang sangat luar biasa dimasa mendatang.
Mereka yang sejatinya mengaku menjadi seorang relawan
akan memberi suasana baru dalam kehidupan bermasyarakat. Suasana yang lebih
kepada arah kenyamanan dan ketenangan. Tak pernah bisa diam ketika ada peluang
untuk berbagi dan peduli memberikan manfaat kepada orang lain. Berbuat dan
bersikap layaknya seorang relawan yang terus menebar manfaat kapan saja dan
dimana saja.
Paradigma seorang relawan yang berkembang di masyarakat
diharapkan berubah dari mereka yang selalu terjun dan akan terjun hanya saat
bencana, beralih kepada seorang yang siap memberikan kontribusi dan manfaatnya
kepada lingkungan sekitar kapan saja dan dimana saja. Dan jadi relawan tentu
menjadi hak siapa saja. Termasuk anda.....
(copas dari catatan seorang rekan relawan)
Suip terbaikkk
Semoga begitu seterusnya. Amien. :)
Mantap.... (h)