Andi Gumilar di atas pembawa sound system ke gedung DPR RI 3 Des 2013 |
Satu diantara beberapa ciri utama manusia
Indonesia sejatinya adalah cinta damai, tapi lebih cinta kemerdekaan.
Hal ini nampak sangat jelas ketika ada upaya dari manapun asalnya, dalam
bungkus apapun atau dalam kondisi yang bagaimanapun akan "menjajah".
Perlawanan maksimal pasti terjadi baik dengan cara konstruktif maupun
destruktif. Itulah yang terjadi ketika Relawan PMI se Indonesia merasakan
suasana "penjajahan" dalam proses pembahasan RUU Lambang yang
merupakan inisiatif Pemerintah dan kini berganti nama menjadi
#RUUKepalangmerahan sebagai inisiatif DPR RI.
Pameran kekuasaan politik yang dilakukan
oleh beberapa partai di DPR menyebabkan kebuntuan pembahasan (dead lock) RUU
Lambang. Banyak yang tahu tentang 7 Prinsip Dasar dalam Gerakan Internasional
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Terutama Prinsip Kesatuan yang
hanya membolehkan satu lambang untuk satu negara. Palang Merah atau Bulan Sabit
Merah saja. Semua tanda atau lambang ini tidak ada kaitan sama sekali
dengan agama apapun sebagaimana yang sering dimanipulasi untuk
mengumpulkan dukungan dari satu faktor rentan psikologi massa di Indonesia
yakni sentimen sektarian. Khususnya sekelompok orang yang senang memanfaatkan
kerentanan ini untuk mereguk keuntungan bagi kelompoknya saja. Karena pada
dasarnya Islam itu agama yang rahmatan lil 'alamin. Membawa kebaikan
bagi seluruh alam semesta, bukan hanya bagi manusia. Apalagi hanya sekelompok
orang yang menganut haluan politik secara kaku dan kasar. Tiada kelemahlembutan
yang meneladani dari perilaku rosul Muhammad SAW. Apalagi menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan.
Peregerakan Relawan PMI memang jauh dari
kepentingan pribadi. Masuknya Andi Gumelar dan Alvis Syamsi dari DKI Jakarta
sejak di Temu Karya Nasional V (TKN) Relawan PMI di Selorejo, Ngantang
Kabupaten Malang Jawa Timur 23 - 28 Juni 2013 membuat suasana menjadi lebih
dinamis. Keduanya adalah orang-orang yang berdedikasi dengan mengabdikan lebih
dari setengah umurnya untuk PMI tanpa imbalan apapun. Bahkan sebaliknya,
seperti kebanyakan relawan yang mendedikasikan dirinya untuk gerakan
kemanusiaan melalui organisasi PMI, kami senantiasa menjaga kemandirian dan
kenetralan. Karena hanya omong kosong jika bicara tentang kemanusiaan tapi
melalaikan kedua hal yang sifatnya sangat pribadi itu. Itulah cara kami
memaknai kesukarelaan yang sejatinya bersumber dari Allah ta'ala, Sang Maha
Pencipta alam semesta ini. Di arena nasional itu, nama Kampoeng Relawan
mendapat apresiasi cukup tinggi baik dari peserta dari seluruh penjuru tanah
air Indonesia, Panitia maupun Pengurus Pusat (Markas Besar) PMI, terutama dari
Ketua Bidang Relawan, Bapak H.M. Muas, SH pasca acara stand up volunteer 2 .
Momen nasional lima
tahunan ini memang lebih banyak menghadirkan jembatan informasi dan komunikasi
baru yang selama ini terkendala oleh banyak hal. Apalagi di basecamp Kampoeng
Relawan yang berada di luar arena dan salah satu tujuan kehadirannya adalah
mengakomodasi jiwa kesukarelaan para peninjau maupun penggembira dari berbagai
wilayah di dalam dan luar Pulau Jawa. Dua provinsi yakni Kalimantan
Selatan dan Bali adalah rombongan besar dengan masing-masing membawa sekitar 20
personil Korps Sukarela (KSR) perguruan tinggi dan umum.
Setiap
momen adalah gerakan dan setiap gerakan akan punya sedikitnya satu tujuan. TKN
V adalah monentum kebangkitan Relawan PMI dalam mengawal perjalanan organisasi
PMI di masa depan agar lebih baik. Pengalaman buruk kegagalan pengesahan RUU
Lambang yang diinisiasi Pemerintah RI adalah sebuah pelajaran berharga yang
tidak boleh terjadi pada perjalanan #RUUKepalangmerahan yang diinisiasi oleh
DPR RI.
Relawan
PMI bukan sekadar agen perubahan, tapi roh organisasi PMI sejak jaman pra
kemerdekaan sampai sekarang. Ketika mendampingi para syuhada kemerdekaan Bangsa
Indonesia, relawan PMI baik yang bergabung dalam laskar-laskar perjuangan
merebut dan menegakkan kemerdekaan. Maupun yang membentuk kesatuan-kesatuan
mandiri sebagai wujud nyata peran aktifnya bagi masa depan negeri jajahan yang
bernama Indonesia saat ini. PMI adalah bagian dari sejarah nasional, bukan ormas
atau LSM jejadian yang banyak berdiri pasca reformasi dengan "
mengambil untung" dari hasil jerih payah orang lain. Jika ada
yang salah dalam perjalanan PMI akhir- akhir ini, sebagian besar
penyebabnya adalah perilaku sektarian orang-orang yang tidak dengan suka rela
memelihara amanat organisasi.
Relawan
PMI merasa terpanggil untuk meluruskan kembali jalan-jalan organisasi yang
telah dibelokkan untuk kepentingan lain di luar tujuan utama organisasi PMI
selaku perhimpunan nasional yang memegang mandat sejarah kebangsaan Indonesia
dan Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Sebagaimana telah
dilakukan oleh para pendahulu di masa perjuangan merebut dan menegakkan
kemerdekaan Bangsa Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agutus 1945 oleh
Soekarno - Hatta, relawan PMI akan menjaga konsistensi peran dalam membantu
pemerintah selaku penyelenggara negara RI. Kesetiaan relawan PMI hanya kepada
tujuan organisasi. Bukan kepada orang seorang atau sekelompok orang yang ada di
dalam organisasi. Apalagi jika keberadaannya menjadi benalu dan kontra
produktif. Relawan PMI tak pernah takut mati! (bersambung).