BANGGA MENJADI SUKARELAWAN PMI

Ketika aku masuk ke salah satu SMP di Kebumen, tiba-tiba kegembiraanku berubah menjadi kegalauan. Saat itu adalah hari MOS terakhir di mana seluruh siswa harus/wajib memilih ekstra kurikuler yang ada di sekolah. Entah apa yang mempengaruhiku sehingga aku memilih eskul yang merupakan awalan di dunia yang membesarkanku. Eskul itu bernama PMR. Banyak pengalaman baru yang aku dapatkan ketika menjadi anggota PMR. Setelah aku tahu lebih banyak tentang PMR, aku jadi ingin mempelajarinya. lebih dalam lagi, Ternyata PMR itu mengasyikkan. Aku jadi tahu tentang semua hal yang sebelumnya belum pernah kuketahui. Salah satunya adalah mendirikan tenda bukiki.
Waktu itu, saat lomba BPT (Bongkar Pasang Tenda) yang diadalam di Bumi Perkemahan Widoro Payung, aku dan ke 3 kawanku bersiap-siap untuk mengikuti lomba. Tapi karena jalan yang licin, salah satu kawanku terpeleset dan luka. Tetapi karena semangatnya, ia berdiri, berlari, mengabaikan lukanya itu. Aku terpana melihat kegigihannya sebagai salah satu anggota PMI. Memang benar, PMI itu telah membangunkan semangat para anggotanya. PMI adalah wadah di mana kita bagaimana cara mengobati luka, bagaimana cara peduli sesama, serta masih banyak lagi. 
Semenjak aku mengikuti eskul itu , aku menjadi peduli dengan sesama, menjadi lebih bersemangat, menjadi lebih tahu cara mengobati luka. Tetapi ada 1 hal yang membuatku bertanya-tanya. Kenapa di sekolahku tak ada satupun siswa laki-laki yang menngikuti PMR ? Padahal peran laki-laki di PMI itu sangat membantu. Entah apa yang ada di pikiran mereka sehingga mereka enggan mengikuti eskul tersebut. Walaupun demikian dan tanpa sosok laki-laki yang ada di PMR, termasuk aku bangga menjadi anggota PMR dan PMI.
PMR dan PMI merupakan organisasi yang menanamkan jiwa dan sifat kemanusiaan. Sehingga setiap anggota PMI dan PMR selalu memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dan yang aku suka dari PMI adalah selalu terus berusaha dan pantang menyerah, menerjang segala medan tanpa rasa takut, tak kenal lelah di segala kondisi. Dengan berbekal ilmu dan pengetahuan kepalang merahan, anggota PMI siap membantu sesama. Anggota PMI selalu riang gembira saat menolong sesama, selalu sigap dan tepat waktu. Akan aku ceritakan sedikit tentang pengalamanku menjadi anggota PMR.
Pertama kali aku masuk PMR, aku merasa cemas dan takut. Karena yang ada di pikiranku tentang PMR adalah pasti menyuntik orang, mengobati orang yang luka dan pasti berhubungan dengan darah. Kalo aku boleh jujur, sebenarnya aku tidak bisa melihat darah. Tetapi tekadku sudah bulat untuk mengikuti eskul ini. Nah... setelah aku tahu banyak tentang PMR, kecemasan dan ketakutanku seakan lenyap. begitu saja. Aku jadi menyukai eskul ini. Lama kelamaan pengetahuanku jadi semakin luas tentang PMR. Aku pun tak lagi berpikiran macam-macam tentang PMR. Yang ada di pikiranku sekarang adalah aku anggota PMR dan PMI. Menurutku PMR itu wadah yanng bisa untuk mencari ilmu dan bisa untuk mencoba hal baru.
Saat aku mengikuti latihan bersama, aku memang kurang PD karena itu pengalaman pertamaku. Dan ketika melaksanakan dapur umum, kelompo PMR ku tidak mendapat gelas plastik, sehingga kami menyeduh kopi menggunakan mangkok aluminium. Ya meskipun begitu dan meskipun aku sempat tak suka PMR dan PMI aku bangga menjadi sukarelawan PMI.

Catatan: ditulis kembali sesuai aslinya.   

This entry was posted in ,,,,,,,,,. Bookmark the permalink. Lokasi:Indonesia Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Muhammadiyah Gombong, Wero, Gombong, Kebumen 54411, Indonesia

Leave a Reply